KANAL24, Malang – Inti dari diri manusia adalah terletak pada hatinya (qalbu). Disanalah letak semua nilai kemanusiaan bersemayam. Hati mengumpulkan segala rasa kemanusiaan, apabila hidup hatinya maka hiduplah rasa kemanusiaannya dan jadilah ia manusia sesungguhnya. Sebaliknya pula, jika telah mati hatinya maka akan hilang rasa kemanusiaannya dan manusia hanya tersisa tubuh tanpa ruh, ia ibarat bangkai yang berjalan.
Menurut para ahli tasawwuf bahwa aktifitas utama hati adalah cinta (al hubb). Cintalah yang mampu manjadikan manusia menjadi lebih bergairah menjalani hidup, bersemangat melakukan berbagai tindakan dan hidup terasa semakin berwarna. Secara fisik tampak selalu bahagia, ceria, sumringah dan bercahaya. Dalam tindakan, akan tampak trengginas bekerja, antusias, peduli pada siapa saja, penuh tanggungjawab dan tindakan-tindakan positif lainnya, yang semuanya bermuara pada puncak derajat kemanusiaan yaitu taqwa. Semua itu terlahir dari jiwa yang telah dipenuhi oleh cinta. Itulah cinta ilahi.
Pada orang yang sudah dimabuk cinta maka ia sudah tidak bisa membedakan antara batu dan emas, semuanya tampak sama karena yang ada dalam pandangannya adalah sang pencipta batu dan emas semata. Demikian pula baginya sudah tidak ada beda antara pujian dan cacian atas dirinya, karena bagi orang yang telah dimabuk cinta bahwa setiap realitas itu adalah bentuk kasih sayang-Nya atas dirinya semata yang berwujud pujian atau cacian.
Demikian pula bahwa mereka yang telah dimabuk cinta sudah tidak bisa lagi membedakan antara masalah, ujian, cobaan ataupun kemudahan hidup karena semua itu baginya adalah nikmat terindah dari Allah atas dirinya sehingga mampu dilaluinya dengan penuh rasa syukur dan yang terucap dari lisannya secara jujur dan ikhlas adalah kalimat pujian, _alhamdulillahi ‘alaa kulli haalin…_
Pada orang yang telah diMabuk cinta, seluruh isi pikirannya, seluruh tindakannya, terisi penuh dengan apa yang dicintainya. Jika ia mencintai dunia maka yang pikiran dan tindakannya adalah dunia, demikian pula dengan apa yang keluar dari keduanya, pikiran dan tindakannya. Jika yang ia cintai adalah Allah swt maka yang memenuhi isi pikiran dan seluruh tindakannya adalah wujud kecintaan pada Allah dengan segala keindahanNya.
Allah swt telah menyediakan segala fasilitas dan mekanisme untuk menjadikan manusia agar mampu menjadi manusia yang sesungguhnya ini. Berbagai mekanisme telah disediakan pada diri manusia untuk menemukan cinta dalam kehidupannya. Dalam setiap hari Allah swt menjadikan solat lima waktu sebagai mekanisme menemukan cinta. Dalam setiap pekannya disediakanlah hari jumat sebagai hari spesial untuk memupuk cinta pada-Nya.
Dan Allah swt menjadikan bulan ramadhan untuk taqarrub pada-Nya, menjadikan hari-harinya selama sebulan penuh untuk mencari cinta Allah swt melalui berbagai amal-amal kebaikan yang dapat mengetuk pintu rahmad cinta dan ridho-Nya. Malam-malam harinya diisi dengan berbagai amal ibadah, shalat berjamaah, qiyamullail, doa-doa penuh harap dan tangis, tadarus bacaan alquran, kebersamaan dalam ifthar (berbuka), i’tikaf di masjid, berbagi sedekah dan zakat. Sementara siang harinya digunakan untuk berpuasa dan amal kebajikan lainnya. Intinya, sebulan penuh hari-harinya diisi berbagai amal shalih dan kebaikan yang dapat mengundang datangnya cinta kasih Allah swt. Inilah hari-hari penuh mencari cinta dengan satu harapan bahwa diakhir ramadhan mampu menemukan cinta-Nya dan dirinya menjadi pribadi yang memiliki predikat taqwa yang sebenar-benarnya.
Seorang yang telah menemukan cinta akan selalu menjadikan dirinya penuh kebahagiaan, semangat dalam menjalani aktivitas, dan hidupnya terasa lebih berwarna. Orang yang demikian dicirikan dengan beberapa hal berikut :
1. Bergetar hati saat disebut nama Sang Kekasih yang dicintainya dan selalu menyebut dan memanggil nama Kekasihnya, yaitu Allah swt (QS. Al Anfaal : 2)
2. Semangatnya semakin menjadi-jadi dalam melakukan berbagai kebaikan hanya semata ingin mendapatkan pujian keridhoan-Nya (QS. Al Anfaal : 2)
3. Pasrah total atas apapun yang dikehendaki oleh Sang Kekasihnya, sekalipun mungkin dirinya tidak menyukainya. (QS. Al Anfaal : 2)
4. Mendirikan shalat dan suka memberi hanya agar Sang Kekasih semakin mencintai dirinya (QS. Al Anfaal : 3)
5. Memenuhi segala apapun yang diminta oleh Sang Kekasih sekalipun dirinya merasa berat namun tetap diwujudkannya. (QS. Al Baqarah: 285)
6. Komitmen dengan cinta yang telah dibangunnya, konsisten dan teguh pendirian dalam menjaga kesepakatan cinta, istiqomah (QS. Al Fushshilat: 30-31)
7. Setia dalam balutan cinta dan tidak menduakannya dengan yang lain, hanya percaya pada Satu keyakinan komitmen, tidak mempersekutukan-Nya (no syirik) (QS.al Kahfi: 110)
Demikianlah secara lugas Allah swt memberikan gambaran dalam surat cinta-Nya :
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ
_Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal, (QS. Al-Anfal : 2)_
Dan ingatlah pula bahwa Mencintai Allah adalah puncak keindahan cinta. Maka cintai pulalah manusia yang dicintainya setulus hati, ikutilah jalannya, itulah sang kekasih alam semesta, Muhammad Sallallahu ‘alaihi wassallam.
قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ
_Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Ali ‘Imran : 31)_
Itulah orang-orang yang telah melewati jalan cinta dengan penuh rintangan dan tantangan dalam hari-hari penuh pengabdian dan pengorbanan dalam mendapatkan cinta dari Sang Maha Cinta Kasih pemilik dunia cinta abadi, Dialah Allah Rabbul ‘alamiin.
Semoga lelah kita dalam menempuh jalan cinta dibalas pula dengan pandangan cinta-Nya agar cinta kita tidak bertepuk sebelah tangan. Namun yakinlah bahwa tidak ada yang sia-sia dari jalan lelah dalam menuju-Nya karena Dia tak mungkin mengingkari janji dan tidak pernah akan berhutang harap atas pinta dan permohonan. Dia-lah Dzat yang Maha Memenuhi segala harap yang hanya kepada-Nya menggantungkan segala permintaan. _Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin…. Aamiiiin…_
Akhmad Muwafik Saleh Dosen Fisip UB Malang