Kanal24, Malang – Botol bekas yang selama ini dianggap limbah ternyata bisa jadi alat bertanam sayuran sehat. Inilah yang dibuktikan oleh Wardatunnisa` Hafinanta, mahasiswa PSDKU Universitas Brawijaya angkatan 2023, saat mengajak warga Desa Klampok belajar bertani dengan sistem hidroponik sederhana.
Kegiatan bertajuk “Hijau dari Rumah: Hidroponik dari Botol Bekas” ini dilaksanakan bersama Kelompok 13 MMD UB di rumah Ibu Seli Agustina, warga Dusun Krajan, Desa Klampok, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, pada (13/07/2025). Target utamanya adalah ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam kelompok PKK.
Baca juga:
Bank Sampah Jadi Strategi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan di Permukiman Malang
Menanam Tanpa Tanah, Mulai dari Botol
Pelatihan dimulai dengan pengenalan konsep hidroponik menggunakan sistem wick (sumbu). Media tanam yang digunakan adalah botol plastik bekas yang dibelah dua, diisi larutan nutrisi, lalu disambung kain flanel untuk menyalurkan air ke akar tanaman.
Jenis tanaman yang ditanam dalam pelatihan ini adalah pakcoy dan kangkung. Kedua jenis sayuran ini dipilih karena pertumbuhannya cepat, perawatan mudah, dan cocok untuk lingkungan rumah tangga.
Wardatunnisa` menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bukti bahwa aksi peduli lingkungan bisa dimulai dari rumah. “Program ini adalah pembuktian bahwa siapa pun bisa menjaga bumi dari rumah, dimulai dari botol plastik bekas,” ujarnya saat membuka kegiatan.
Ibu-Ibu Antusias Belajar Hidroponik
Para peserta yang hadir tampak antusias mengikuti setiap tahap pelatihan. Mulai dari mengenal alat dan bahan, praktik merangkai instalasi hidroponik, hingga menanam benih ke dalam media rockwool. Banyak peserta yang sebelumnya tidak tahu cara bercocok tanam tanpa tanah, kini merasa siap mencoba sendiri di rumah.
Ibu Hayyin, salah satu peserta, turut membagikan pengalamannya. “Saya sendiri, juga ibu-ibu yang lain. Ibu-ibu jadi pengetahuannya bertambah, sekarang tahu botol-botol bekas itu bisa dimanfaatkan untuk kita semua,” katanya penuh semangat.
Sementara itu, Ibu Seli Agustina merasa senang rumahnya dijadikan tempat pelatihan. Ia menilai kegiatan ini memberi ilmu baru yang bermanfaat dan bisa langsung dipraktikkan oleh warga.
Solusi Ramah Lingkungan dan Ekonomis
Selain mengurangi limbah plastik, hidroponik rumahan juga memberi manfaat langsung berupa ketersediaan sayuran sehat tanpa harus membeli. Warga diajak melihat bahwa langkah kecil seperti menanam di botol bekas bisa berdampak besar jika dilakukan bersama-sama.
Pelatihan juga dilengkapi dengan modul ringkas agar peserta bisa mengulangi praktik secara mandiri di rumah. Tim MMD memberikan benih dan bahan dasar agar peserta bisa langsung mencoba tanpa harus membeli peralatan baru.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi ruang belajar, tetapi juga forum pemberdayaan. Ibu-ibu diajak lebih peduli pada lingkungan sekaligus mengenalkan pertanian sebagai aktivitas produktif keluarga.
Hijau dari Rumah, Dampaknya Luas
Melalui program ini, Kelompok 13 MMD UB berupaya membangun kebiasaan baru yang ramah lingkungan di tengah masyarakat pedesaan. Mereka meyakini bahwa perubahan besar dimulai dari langkah-langkah kecil yang dilakukan secara konsisten di rumah.
Baca juga:
MMD UB Perbarui Company Profile Desa Wonorejo dengan Voice Over Inggris
Kegiatan ini sejalan dengan beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yaitu:
- SDG 2: Tanpa Kelaparan
- SDG 5: Kesetaraan Gender (pemberdayaan ibu rumah tangga)
- SDG 11: Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan
- SDG 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab
- SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim
Melalui pelatihan ini, warga desa diajak untuk menjadi pelaku perubahan, bukan hanya penonton. Edukasi yang sederhana namun tepat sasaran menjadikan program ini sebagai contoh nyata kolaborasi antara pengetahuan kampus dan kearifan lokal yang membumi.