KANAL24, Malang – Tiga mahasiswi asal Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK UB) berhasil melakukan pemetaan mangrove menggunakan citra satelit landsat 8 untuk pengelolaan rajungan yang berkelanjutan di perairan Bangkalan Madura. Mereka adalah Nova Dewi Savitri Syam’s, Aliya Zalfa, dan Maria Dolorosa Tiarasari dibawah bimbingan Ir. Bambang Semedi, M.Sc., Ph.D.
Hasil pemetaan ini, dipaparkan pada Webinar 3rd APRI (Asosiasi Prosesing Rajungan Indonesia) Youth Innovation, sabtu (27/2/2021) kemarin. Ketua tim, Nova Dewi Savitri Syam’s mengatakan menurut BPS, nilai ekspor rajungan termasuk juga didalamnya kepiting mencapai US$393 juta dengan volume 25,9 ton. Tingginya permintaan rajungan tersebut, juga menyebabkan tingginya penangkapan terhadap rajungan. Bahkan jika dilakukan secara terus-menerus dapat mengakibatkan over fishing.
Pada dasarnya, pemanfaatan rajungan ini bersifat open akses namun kelestarian dari stok rajungan juga dipengaruhi oleh pemanfaatan terhadap potensinya. Salah satu ekosistem yang mendukung kelangsungan hidup rajungan adalah ekosistem mangrove. Secara ekologi ekosistem mangrove ini berperan sebagai spawning ground (tempat bertelur), feeding ground (tempat makan), dan nursery ground (tempat pengasuhan).
Kondisi rajungan yang tertangkap di ekosistem mangrove lebih besar daripada yang tertangkap di ekosistem terumbu karang. Akan tetapi, pada kenyataannya ekosistem mangrove ini banyak yang beralih fungsi sehingga mengalami kerusakan dan pada akhirnya menyebabkan luas hutan mangrove ini menurun.

“Seperti halnya ekosistem mangrove di kabupaten Bangkalan, yang menurut Pemkab Bangkalan pada tahun 2009, mengalami kerusakan sebesar 51 peren dari 792,5 ha. Mengingat potensi ekosistem mangrove ini untuk mendukung kelangsungan hidup rajungan, maka perlu ada suatu monitoring untuk mengevaluasi keberadaan ekosistem tersebut demi mendukung kelestarian rajungan,”
Dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh, ketiganya dapat melakukan monitoring dengan memetakan mangrove tersebut untuk melihat seberapa luasan mangrove dan bagaimana kerapatan mangrove itu sendiri.
Pemetaan mangrove ini menggunakan citra satelit landsat 8 meliputi tahap pra lapang, survei lapang, dan tahap pasca lapang. Perangkat lunak yang digunakan adalah ERMapper 7.1, ENVI classic, ArcGIS 10.3 dan Microsoft 2016.
Dari hasil pengolahan NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) diperoleh kerapatan mangrove dalam 3 kategori yaitu kerapatan jarang, sedang, dan rapat. Kerapatan jarang seluas 484.903 ha, kemudian kerapatan sedang dengan nilai luasan 157.174 ha dan kerapatan yang rapat dengan nilai luasan 1.245 ha dengan total luasan ekosistem mangrove yang berada di Kabupaten Bangkalan seluas 643.322 ha.
“Hutan Mangrove di pesisir Bangkalan sebagian merupakan hutan alami dan sebagian lainnya adalah kawasan rehabilitasi yang dijadikan sebagai kawasan konservasi dan ekowisata. Mangrove dengan kerapatan rendah paling banyak tersebar di pesisir utara Kabupaten Bangkalan yaitu di Kecamatan Sepulu, Klampis, dan Arosbaya. Kecamatan Bangkalan yang terletak di sebelah barat juga didominasi mangrove kerapatan rendah. Sedangkan mangrove dengan kerapatan sedang tersebar di hampir seluruh pesisir kabupaten bangkalan,” jelas Nova.
Lebih lanjut, daerah potensial untuk pengelolaan mangrove sebagai habitat rajungan berada di sebelah utara pesisir Bangkalan, antara lain Kecamatan Sepulu, Klampis, dan Arosbaya, serta kecamatan Bangkalan yang terletak di sebelah barat kabupaten bangkalan yang didominasi mangrove dengan kerapatan rendah sehingga wilayah ini dapat dikembangkan dalam potensi perikanan rajungan berkelanjutan.
Ekosistem mangrove di kabupaten Bangkalan banyak yang mengalami alih fungsi sehingga fungsinya untuk mendukung kelangsungan hidup biota khususnya rajungan tidak dapat maksimal. Dengan demikian perlu adanya pemetaan ekosistem mangrove agar dapat dilakukan pengelolaan ekosistem mangrove secara terpadu.
Dalam pengelolaan rajungan yang berkelanjutan, maka diperlukan adanya upaya yang dilakukan untuk merehabilitasi ekosistemnya khususnya ekosistem mangrove yang memperhatikan keterpaduan antara dimensi sektor, dimensi bidang ilmu dan dimensi keterkaitan ekologis. (Meg)