KANAL24, Jakarta – PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia meyakini, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga akhir tahun ini akan tetap bertahan pada pola recovery, setelah menyentuh titik terendah di level 3.937 pada Maret 2020, dan untuk 2021 diproyeksikan tumbuh 15 persen dari penutupan 2020.
Pernyataan tersebut disampaikan Head of Research Division Mirae Asset Sekuritas, Hariyanto Wijaya dalam acara “Mirae Asset Media Day: Ekonomi Indonesia Resmi Masuk ke Dalam Resesi. Apa Dampaknya terhadap IHSG ?” yang digelar di Jakarta, Jumat (13/11/2020).
Menurut Harianto, sejak 5 November 2020 saat Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 terkontraksi 3,49 persen, maka saat itu Indonesia memasuki masa resesi. “Walau resesi, pergerakan IHSG tetap berada di pola recovery,” ucapnya.
Dia mengungkapkan, pola penguatan lanjutan IHSG di tengah masa pandemi Covid-19 ini dipengaruhi sejumlah sentimen positif, terutama kenaikan harga nikel dan minyak sawit mentah (CPO), serta sentimen terkait terpilihnya Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat menggantikan Donald Trump.
Hariyanto menyebutkan, meski ekonomi Indonesia masuk ke dalam kategori resesi, namun kondisi perekonomian dan bursa saham domestik bukan yang terburuk jika dibandingkan sebagian besar negara lain. “Ekonomi kita merupakan kali pertama tercatat minus sejak krisis finansial di 1998,” ujar dia.
Namun demikian, jelasnya, berdasarkan data perekonomi 2020, sejauh ini pertumbuhan ekonomi Indonesia juga berada dalam tren pemulihan dengan tingkat kontraksi per kuartal III-2020 sebesar 3,49 persen. Hariyanto menegaskan, tren perbaikan ekonomi juga ditunjukkan sikap pemerintah yang fokus untuk menyediakan vaksin Covid-19.
“Sentimen terkait vaksin adalah yang perlu kita keep monitoring dan sejauh ini menunjukkan pertanda positif. IHSG diyakini akan terus berada dalam pola recovery hingga akhir tahun, karena perekonomian kita trennya juga recovery,” papar Hariyanto sembari memproyeksikan bahwa pada 2021, pertumbuhan IHSG sebesar 15 persen dari penutupan akhir 2020.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, perbaikan ekonomi Indonesia akan didorong kenaikan harga komoditas, terutama nikel dan CPO. Hariyanto menyebutkan, konsentrasi Joe Biden pada pengembangan infrastruktur AS yang juga merupakan fokus pemerintah China akan meningkatkan permintaan baja dan nikel di lingkup global.
“Kami melihat ada potensi peningkatan demand pada komoditas nikel yang saat ini harganya terus naik. Joe Biden juga berpihak pada penerapan green energy dan China fokus menerapkan produksi mobil zero carbon,” ungkap Hariyanto.
Dengan demikian, jelas dia, sejak November 2020, Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan investor untuk mengoleksi saham PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia (INCO), PT London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dan Astra Agro Lestari Tbk (AALI).
“Kami selalu memilih delapan saham sebagai rekomendasi kepada para investor. ANTM dan INCO merupakan saham yang baru kami masukkan sebagai saham pilihan di November ini. Yang baru kami masukkan lagi, BMRI (PT Bank Mandiri Tbk) dan BBRI (PT Bank Rakyat Indonesia Tbk),” ucapnya.
Dia mengatakan, Mirae Asset Sekuritas mempertahankan LSIP dan AALI sebagai saham yang direkomendasikan, karena harga CPO akan terus beranjak naik hingga kuartal I-2021. “Dua saham lagi yang menjadi pilihan kami adalah ICBP (PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk) dan INDF (PT Indofood Sukses Makmur Tbk),” ujar Hariyanto.(sdk)