Kanal24, Malang – Sebagai upaya untuk menjaga ketahanan pangan dan energi, Ikatan Alumni (IKA) Universitas Brawijaya (UB) menggelar seminar bertemakan “Peluang dan Tantangan Sawit sebagai Industri Strategis Penjaga Ketahanan Pangan dan Energi” pada hari Kamis (10/08/2023) di Auditorium Gedung F Lantai 7 Fakultas Ekonomi & Bisnis (FEB) UB.
Seminar yang mendapatkan sambutan dari Rektor UB, Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc. ini membahas kontribusi industri sawit bagi keberlanjutan ekonomi dan lingkungan dengan menghadirkan empat pembicara.
Pembicara pertama adalah Eddy Abdurrachman (Direktur Utama Badan Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit) yang menyampaikan materi bertemakan “Peran BPDPKS Mendorong Produktivitas Hulu-Hilir Sawit”. Pembicara kedua adalah Eddy Martono (Ketua Umum Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) yang menyampaikan materi bertemakan “Tantangan Sawit sebagai Penjaga Ketahanan Pangan dan Energi”. Pembicara ketiga adalah Firman Soebagyo (anggota DPR RI Komisi IV) yang menyampaikan materi bertemakan “Komoditas Sawit sebagai Salah Satu Industri Strategis, Perlukah Regulasi Khusus?”. Dan pembicara terakhir adalah Abdul Ghofar (Dekan FEB UB) yang menyampaikan materi bertemakan “Peran Sawit dalam Kesejahteraan Masyarakat dan Keuangan Negara”.
Rektor UB, Prof. Widodo yang hadir dan memberi sambutan dalam seminar ini menyoroti bahwa pentingnya industri sawit sebagai topik menarik, terutama dalam konteks generasi muda dan tantangan kemandirian bangsa.
“Permasalahan inti di negara kita berkaitan dengan kemandirian dalam membuat keputusan. Industri minyak sawit secara global sangat dipengaruhi oleh aspek politik. Sebelumnya, minyak kelapa adalah pilihan utama. Namun, dampaknya penjajahan membawa perubahan besar dengan beralihnya fokus kita ke tanaman sawit,” kata Prof. Widodo.
Saat ini Indonesia merupakan produsen dan konsumen terbesar minyak sawit di dunia. Produksi minyak sawit mencapai 45,58 juta ton, dengan ekspor sebanyak 25,62 juta ton, dan konsumsi dalam negeri sebesar 18,4 juta ton. Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 16,8 juta hektar. Atas pencapaian tersebut, maka menjadikannya perkebunan terbesar di dunia.
Oleh karena itu, kehadiran industri kelapa sawit di Indonesia memiliki dampak signifikan terhadap ekonomi dan masyarakat. Minyak sawit tidak hanya menjadi bahan baku utama minyak goreng, tetapi juga digunakan dalam produksi biodiesel sebagai alternatif energi terbarukan.
Namun, Prof. Widodo mengingatkan bahwa perlunya kerangka hukum yang kuat untuk melindungi industri strategis ini karena sejauh ini masih ada kekurangan dalam kerangka hukum yang memadai untuk melindungi komoditas strategis perkebunan di Indonesia.
“Sikap dan kebijakan negara terhadap industri sawit akan berdampak pada kelanjutan sektor ini. Namun, masih ada kekurangan dalam kerangka hukum yang memadai untuk melindungi komoditas strategis perkebunan di Indonesia,” ujar Prof. Widodo.
Seminar yang dihadiri oleh Civitas Akademika UB ini menyoroti bahwa kontribusi industri kelapa sawit memiliki dampak besar pada skala global. Potensi sawit sebagai sumber bahan nabati melampaui produksi biji bunga matahari.
Melihat hal tersebut, IKA UB berkomitmen untuk mendorong pemahaman yang lebih baik mengenai industri sawit, mengingat pentingnya kontribusi sektor ini terhadap ekonomi dan lingkungan. Maka, melalui seminar IKA UB ini diharapkan menjadi ruang yang positif untuk berdiskusi, berbagi pandangan, dan menciptakan inovasi guna memajukan industri kelapa sawit sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. (nid)