KANAL24, Jakarta – Hampir seluruh sektor industri kena imbas pandemi covid-19, termasuk penerbangan. Salah satu yang merasakan dampaknya adalah Susi Air milik Susi Pudjiastuti, mantan Menteri KKP 2014-2019 yang terpaksa merumahkan sejumlah karyawannya.
“Sejak pertengahan Maret sudah turun pendapatannya. Kemudian mulai 1 April operasional penerbangan juga sudah berhenti. Tetapi sudah 2-3 hari ini mulai beroperasi lagi. Jadi sebanyak 190 flight per hari sudah berhenti selama 2 bulan. Untuk penerbangan ke Kalimantan sudah kembali beroperasi tapi untuk ke Papua belum ada yang terbang,” katanya saat melakukan siarang langsung via Instagran bersama pada diskusi IDX Channel, pada Rabu (20/5/2020).
Susi menjelaskan, bahwa salah satu usahanya yakni Marine Product, sejak 2001 sudah tidak melakukan kegiatan ekspor lagi. “Jadi sebelum saya jadi menteri juga sudah berhenti, tinggal Susi Air yang beroperasi sekarang,” tambahnya.
Dikenal juga sebagai pengusaha yang sudah lama merintis di sektor penerbangan, di tengah pandemi Covid-19, Susi terpaksa menutup empat kantornya.
“Memang Covid-19 ini sangat luar biasa berbeda. Covid-19 ini membuat krisis kesehatan dan krisis ekonomi juga. Berbeda dengan krisis pada tahun 1998. Jadi saya pikir semua harus konsolidasi, harus restruktur organisasi. Kita saja ada hanggar maintenance 6, sekarang cuma 2 saja. Itu artinya kita tutup 4 office yang tidak perlu,” jelasnya saat berdialog di Live Instagram @idx_channel.
Baginya, meski berada di tengah wabah seperti saat ini banyak hal yang harus disusun dari segi keuangan agar bisa tetap bertahan. “Kita potong mau tidak mau. Karena, kita kan harus bertahan mungkin minimal enam bulan sampai satu tahun kedepan,” imbuhnya.
Ditambahkan Susi, dirinya melakukan restrukturisasi organisasi, termasuk merumahkan karyawan, hingga memangkas gaji karyawan. Selain menutup kantor yang tidak perlu, ungkapnya, perusahaan juga menjual aset-aset tidak produktif.
“Karena tidak ada penerbangan, ya otomatis karyawan harus kita kurangi. Karena memang tidak ada penerbangan ya ngapain mereka di Papua, di Kalimantan, otomatis kita cut. Mau tidak mau salary manajemen yang dari 30 juta atau 20 juta juga berkurang 50% – 30%,” pungkasnya.(sdk)