KANAL24, Jakarta – Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 lebih rendah dari asumsi pemerintah.
Indef memprediksi pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut hanya mentok 4,6 persen, salah satunya akibat terdampak wabah Corona yang melanda China. Sementara pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi di level 4,7 persen.
Menurut ekonom senior Indef, Aviliani, China merupakan negara utama tujuan ekspor. Selama ini perdagangan Indonesia dengan China memang defisit, oleh karena itu pemerintah perlu upaya lain agar angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun ini tidak terlalu tergerus.
Salah satunya dengan mengoptimalkan peran BUMN dalam mendorong aktivitas perdagangan.
“Harus mengubah strategi. Misalnya BUMN pas jaman Bu Rini (Rini Soemarno) kebanyakan dikasih PMN (Penyertaan Modal Negara), sekarang pak Erick (Erick Thohir) bilang harus kerjasama dengan swasta. Kalau ini digerakkan, paling tidak akan membantu jadi stimulus baru di swasta untuk pertumbuhan ekonomi,” kata Aviliani di Jakarta, Kamis (27/2/2020).
Cara lain, adalah mengoptimalkan penyerapan tenaga kerja dengan menyediakan lebih banyak kesempatan kerja. Aviliani mengaakan, anggaran infrastruktur pemerintah yang nilainya mencapai Rp400 triliun harus bisa dikonversi untuk sektor-sektor padat karya. Untuk melakukan ini, peran pemerintah daerah harus dilibatkan lebih besar.
“Pemda yang lebih tahu apa sebenarnya problem infrastruktur yang bisa digenjot. Oleh karena itu realisasinya berbeda-beda, tidak bisa satu untuk semua,” ujarnya. (sdk)