Kanal24, Malang – Pemerintah Indonesia dan Norwegia kembali memperkuat kerja sama strategis di bidang lingkungan hidup dan perubahan iklim melalui penandatanganan Letter of Intent (LoI) yang menandai babak baru diplomasi hijau kedua negara. Kesepakatan penting ini ditandatangani oleh Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Hanif Faisol Nurofiq dan Menteri Iklim dan Lingkungan Norwegia, Andreas Bjelland Eriksen, dalam kunjungan resmi ke Oslo pada awal Mei 2025.
Letter of Intent ini tidak hanya menjadi bentuk dukungan terhadap upaya Indonesia dalam mengatasi krisis iklim, namun juga memperkuat posisi Norwegia sebagai mitra strategis dalam pembangunan berkelanjutan. Dalam pernyataan tertulisnya, Hanif Faisol menegaskan pentingnya kerja sama internasional yang berbasis pada nilai ekonomi karbon untuk mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia.
Baca juga:
DANA Bisnis Jadi Jurus Ampuh Raup Cuan Digital
“Penting bagi kita untuk meningkatkan implementasi nilai ekonomi karbon sebagai bagian dari upaya Indonesia mencapai target Kontribusi Nasional yang Ditentukan (NDC), sesuai dengan amanat Peraturan Presiden No. 98 Tahun 2021,” ujar Hanif.
“Bersama Norwegia, Indonesia telah mengembangkan sistem perdagangan karbon yang kuat, yang akan mendukung target iklim nasional,” imbuhnya.
Fokus Kerja Sama
Isi dokumen LoI mencerminkan komitmen mendalam kedua negara terhadap sejumlah agenda prioritas, antara lain:
- Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, sebagai respons atas dampak krisis global yang semakin intens.
- Tata kelola lingkungan yang baik, demi memastikan keberlanjutan kebijakan dan program.
- Konservasi keanekaragaman hayati, termasuk perlindungan flora dan fauna khas tropis Indonesia.
- Pelestarian ekosistem gambut dan mangrove, yang berperan penting dalam menyerap karbon dan mencegah bencana ekologis.
- Pengelolaan sampah dan penguatan ekonomi sirkular, melalui adopsi teknologi dan inovasi ramah lingkungan.
Komitmen Dana dan Kolaborasi Jangka Panjang
Sejak tahun 2022, Norwegia telah menunjukkan komitmen kuat dalam mendukung upaya Indonesia menurunkan emisi karbon dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan (Forestry and Other Land Uses/FOLU), dengan alokasi dana sebesar USD 216 juta atau sekitar Rp3,5 triliun. Dana tersebut digunakan untuk mendanai inisiatif perlindungan hutan, rehabilitasi lahan kritis, serta pengembangan sistem pemantauan emisi berbasis sains.
Penandatanganan LoI ini juga bertepatan dengan peringatan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Norwegia sejak tahun 1950. Dalam tujuh dekade terakhir, kedua negara terus memperluas kerja sama lintas sektor, termasuk di bidang energi, perikanan, pendidikan, dan kini semakin intensif dalam agenda lingkungan.
Kunjungan dan Inovasi
Selama kunjungan kerja ke Norwegia, Menteri Hanif tidak hanya bertemu dengan Menteri Eriksen, tetapi juga berdialog dengan Sekretaris Negara Kementerian Luar Negeri Norwegia, Andreas Motzfeld Kravik. Selain itu, ia turut mengunjungi perusahaan daur ulang terkemuka, TOMRA, yang dikenal sebagai pelopor dalam inovasi pengelolaan sampah dan penerapan prinsip ekonomi sirkular.
Kunjungan ke TOMRA diharapkan dapat membuka peluang kerja sama lebih lanjut dalam mentransfer teknologi pengelolaan sampah modern ke Indonesia, serta memperkuat kapasitas lokal dalam membangun sistem pengelolaan limbah yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Baca juga:
Bisnis Online Makin Gampang Untuk Siapa Saja di 2025
Komitmen Global
Penandatanganan LoI ini menandai langkah konkret Indonesia dalam memperkuat peran globalnya sebagai negara berkembang yang berkomitmen terhadap agenda iklim. Dengan dukungan Norwegia, Indonesia semakin mantap melangkah menuju ekonomi rendah karbon dan pembangunan berkelanjutan yang inklusif.
Kerja sama ini pun diharapkan menjadi contoh sinergi antara negara maju dan berkembang dalam menghadapi tantangan perubahan iklim secara kolektif, transparan, dan berkelanjutan. (nid)