KANAL24, Jakarta – Tahun 2019 ditutup dengan tingkat inflasi 0,35 persen. Sedangkan inflasi secara year to date (Ytd) dan inflasi secara full year sama yaitu 2,72 persen. Dengan capaian ini maka inflasi tahunan jauh dari target pemerintah yang ditetapkan sebelumnya sebesar 3,5 persen plus minus 1 persen.
“Ini merupakan inflasi terendah secara bulanan. Selama sepuluh tahun terakhir adalah yang pertama inflasi di bawah 3 persen,” kata kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, dalam siaran live streamingnya dari kantor BPS, Kamis (2/1/2020).
Ditegaskan bahwa dari 82 kota indeks harga konsumen (IHK) yang dipantau BPS, sebanyak 72 kota IHK mengalami inflasi dan 10 kota IHK deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Batam sebesar 1,28 persen dan inflasi terendah di Watampone sebesar 0,01 persen. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar sebesar 1,88 persen dan deflasi terendah terjadi di Bukittinggi dan Singkawang sebesar 0,01 persen.
Dikatakan Suhariyanto bahwa penyebab inflasi pada bulan Desember 2019 adalah dari kelompok pengeluaran bahan makanan dan juga kelompok transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan.
Tercatat kelompok bahan makanan inflasi sebesar 0,78 persen dengan andil terhadap inflasi pada Desember sebesar 0,16 persen. Sementara kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi dan jasa keuangan inflasinya sebesar 0,58 persen dengan andil inflasi sebesar 0,10 persen. Dijelaskan Suhariyanto bahwa dua kelompok pengeluaran itu terjadi biasa setiap akhir tahun karena adanya liburan Natal, tahun baru dan libur sekolah.
“Yang sebabkan inflasi seluruh kelompok pengeluaran kecuali pendidikan, rekreasi dan olahraga yang alami deflasi. Dari komposisi itu inflasi tertinggi terjadi bahan makanan dan transportasi komunikasi dan jasa keuangan. Itu seperti yang kita duga,” ulasnya.(sdk)