KANAL24, Jakarta – Inflasi Indonesia sepanjang 2021 diperkirakan akan ada di antara 2% – 2,5%. Bagaimanapun, pertumbuhan ekonomi nasional pada 2021 belum bisa setinggi pada tahun 2019 saat dunia belum dilanda pandemi virus corona.
Ekonom sekaligus Staf Ahli Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Ryan Kiryanto mengatakan, bahwa tahun depan, inflasi tahunan akan meningkat dibanding tahun 2020. Namun ada tiga faktor kunci yang menentukan apakah inflasi akan meningkat atau tidak pada tahun ini.
“Pertama adalah efektivitas UU Cipta Kerja. UU ini dibuat untuk memangkas regulasi di semua sektor yang diharapkan menggenjot kegiatan bisnis dan investasi. Apabila ini berhasil, pertumbuhan ekonomi akan terdongkrak dan inflasi meningkat,” kata Ryan Rabu (6/1/2021).
Kedua, keberhasilan program vaksinasi Covid-19 di Indonesia. Penyuntikan akan dilakukan pertama kali pada 13 Januari 2020 dan Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama yang akan disuntik. “Kalau ini berhasil, orang akan lebih percaya diri melalukan aktitivas ekonomi dan kegiatan konsumsi akan meningkat. Inflasi akan naik,” ujar Ryan.
Ketiga, kedisiplinan masyarakat mematuhi protokol kesehatan. Walau vaksin sudah ada, masyakat yang sudah disuntik tetap harus disiplin. Vaksinasi juga akan berlangsung sepanjang tahun 2021 sampai awal 2022. “Masyarakat yang belum disuntik, harus lebih disiplin mematuhi prokes selama mereka antri panjang menunggu divaksin. Sehingga penyebaran pandemi bisa ditekan,” tutur Ryan.
Ryan mengatakan inflasi nasional pada 2021 tetap belum bisa setinggi sebelum pandemi. Butuh waktu lebih buat Indonesia agar bisa memulihkan pertumbuhan ekonominya ke level pra pandemi.
“Kemungkinan kondisi ini baru tercapai pada 2022, bukan tahun ini,” tegas Ryan.
Mengenai rendahnya inflasi tahunan nasional sepanjang 2020, Ryan menganggap ini kenyataan yang wajar.
Pandemi virus corona membuat Indonesia memberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB ). Aktivitas mobilitas dan ekonomi masyarakat menurun drastis.
“Kegiatan spending konsumsi kelas menengah atas juga turun drastis. Walaupun kelas bawah dapat BLT pemerintah, kegiatan konsumsi mereka tidak sebesar kontribusi konsumsi kelas menengah atas terhadap Konsumsi Rumah Tangga secara nasional. Ini yang membuat pertumbuhan ekonomi maupun inflasi 2020 drop,” tutup Ryan.
Sebagaimana diketahui, pada Senin (4/1), Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka inflasi sepanjang Januari hingga Desember tahun 2020 sebesar 1,68%. Capaian ini merupakan yang terendah sepanjang sejarah BPS.
BPS mencatat inflasi 2020 sebesar 1,68 % lebih rendah dibandingkan 2019 yang tercatat 2,72 % dan 2018 yang ada di angka 3,13 %. Bahkan, berada di bawah 2016 yang tercatat 3,02 % dan 2015 yang ada di angka 3,35%.(sdk)