KANAL24, Jakarta – Meski kinerja perdagangan nasional pada Juni 2019 melanjutkan catatan surplusnya sebesar USD0,20 miliar, terdapat catatan penting yang perlu diperhatikan. Di antaranya terkait dengan kinerja ekspor dan impor non migas yang paling tinggi peningkatan atau penurunannya sepanjang Juni kemarin.
Berdasarkan catatan dari Badan Pusat Statistik (BPS), ada tiga negara tujuan ekspor yang paling tinggi terjadi peningkatan ekspor non migas. Namun sebaliknya juga ada tiga negara tujuan ekspor yang merosot nilai ekspornya.
Kepala BPS, Suhariyanto, menyebutkan ekspor yang mengalami peningkatan tertinggi dalam sebulan tersebut yaitu ke Singapura dengan peningkatan nilai ekspor non migas mencapai USD87,6 juta. Kemudian ke Swiss dengan meningkat sebesar USD78,6 juta dan ke Hongkong sebesar USD75,2 juta.
Sementara itu yang terjadi penurunan nilai ekspor non migas pada periode tersebut yaitu ke Amerika Serikat (AS) sebesar USD559,5 juta, ke China USD450,7 juta dan ke India sebesar USD327,4 juta.
“Kita juga perlu waspadai dengan beberapa negara yang masih defisit seperti ke Australia, Thailand dan dengan China,” ujar Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Senin (15/7).
Sementara itu untuk kegiatan impor yang mengalami peningkatan signifikan terjadi dari Jepang senilai USD82,8 juta. Dilanjutkan dari Australia sebesar USD67,9 juta dan dari Singapura sebesar USD36,5 juta. Sedangkan kinerja impor yang turun tajam terjadi dari China dengan nilai mencapai USD1,04 miliar, Malaysia USD190,6 juta dan dengan Brazil USD177,1 juta.
“Yang turun agak besar adalah impor vasel, kemudian bagian dari elektrik seperti turbin. Untuk komposisi impor tidak berubah yaitu 76,16 persen dari bahan baku / penolong,” pungkas Suhariyanto. (sdk)