KANAL24, Malang – Inovasi di bidang kesehatan khususnya pada kasus henti jantung, mengantar tiga mahasiswa lintas fakultas Universitas Brawijaya meraih medali emas pada ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke 33. Tim bernama VECPRI (Vest with CPR Instruction) ini diketuai oleh Nabila Nur Fitriani dari Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran UB, dan anggotanya Sevito Fernanda Pambudi serta Monifa Arini dari Teknik Elektro Fakultas Teknik UB dengan dibimbing oleh Ns. Ika Setyo Rini, S.Kep., M.Kep dan Agwin Fahmi Fahanani, S.T., M.T.
Dihubungi kanal24.co.id, senin (30/11/2020), Nabila mengatakan bahwa timnya mengikuti PKM bidang karsa cipta (PKM-KC), dengan judul Rancang Bangun Rompi Resusitasi Edukatif dalam Penanganan Awal Kasus Henti Jantung di Luar Rumah Sakit.
“Ide PKM kami tentang sebuah inovasi dalam bentuk rompi yang tujuannya untuk membantu pertolongan awal jika terjadi henti jantung di luar rumah sakit,” ujar Nabila.
Menurut referensi yang ia baca, angka kematian karena henti jantung tiap tahunnya di Indonesia yang tidak selamat sampai Rumah Sakit sekitar 39 persen dari 300.000-350.000 menjadi sekitar 117.000 an. Salah satu faktornya karena masyarakat panik ketika menolong dan kurang memahami tindakan CPR (Cardiopulmonary Resuscitation) atau resusitasi. Dari sinilah muncul ide agar masyarakat awam bisa dan paham langkah-langkah CPR, karena tindakan ini dapat membantu mengurangi angka kematian akibat henti jantung.

“Untuk konsep alatnya, rompi ini akan ditaruh di dekat kotak P3K utamanya di fasilitas umum seperti bandara, stasiun, tempat gym, kantor yang memang sering terjadi kasus henti jantung. Lalu disimpan dalam kotak kaca dan dikasih simbol yaitu logo kami,” imbuhnya.
Untuk penggunaannya, ketika ada orang dengan tanda-tanda henti jantung (pingsan, tidak respon, napas pendek, tidak teraba nasi selama 10 detik) rompi langsung dipakaikan. Lalu, area dada korban dibersihkan dengan kain lap yang sudah disediakan supaya elektroda ECG yang terdapat di rompi bisa menempel. Tekan tombol on untuk menghidupkan komponen dan GPS untuk mengirimkan lokasi ke rumah sakit terdekat supaya tenaga medis bisa segera datang.
Baca juga:
Forward Osmosis Antar Tiga Dara FTP UB Raih Emas PIMNAS 2020
Lanjut, ketika komponen sudah dalam keadaan on, irama jantung pasien akan muncul di layar, ketika iramanya tidak normal, maka layar kedua otomatis memunculkan instruksi untuk CPR. Kemudian dilakukan penekanan dada sebanyak 30 kali 5 siklus dengan kedalaman 5-6 cm. Benar tidaknya tekanan yang diberikan ditandai dengan nyala lampu LED. Penolong akan dipandu frekuensi penekanannya agar tepat melalui suara buzzer. Setelah penekanan selesai, cek nadi di leher pasien dan tenaga medis yang dipanggil tadi akan datang ke lokasi untuk pertolongan lebih lanjut.
“Kami berharap, inovasi kami tidak berhenti di juara PIMNAS saja. Kami ingin penelitian ini bisa diimplementasikan menjadi suatu alat yang fungsional, bisa diajukan PATEN dan HAKI, dan uji klinis agar dapat segera digunakan masyarakat,” tandas mahasiswi asli Malang tersebut. (Meg)