KANAL24, Jakarta – Meski berada di tengah pandemi, investasi hijau mendorong para pelaku usaha untuk tetap bisa menjaga rantai pasok berkelanjutan dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Inisiatif Dagang Hijau (IDH) hal tersebut bisa menjadi solusi perbaikan ekonomi pasca covid-19.
“Kami melihat momentum pandemi ini semakin menguatkan keberadaan bisnis berbasis investasi hijau di Tanah Air,” kata Ketua Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (IDH) Fitrian Ardiansyah, diskusi virtual bertajuk ‘Investasi Hijau pada Model Bisnis Komoditas Berkelanjutan: ketahanan Rantai Pasok pada Era pascapandemi’ di Jakarta, sabtu (13/6/2020) pekan lalu..
Sekadar diketahui, bahwa investasi hijau merupakan kategori bisnis yang akan terus berkembang karena memberikan ruang untuk memperkuat sistem dan daya dukung sistem agribisnis.
“Model bisnis ini memberikan ruang bagi perusahaan untuk memperkuat sistem dan daya dukung mulai dari ketersediaan pasokan, perbaikan kualitas barang/komoditas, dan kepastian berbisnis untuk jangka panjang,” kata Bangkit, dalam sebuah seminar daring atau webinar.
Sementara itu, pihak Investment Associate Tropical Landscapes Finance Facility (TLFF) Bangkit Oetomo menilai, TLFF telah melihat dua parameter utama dalam melakukan pendanaan, yaitu dari sisi komersial dan pemberian dampak sosial serta lingkungan. Atas hal tersebut, ada prosedur due diligence dalam menganalisis potensi bisnis.
Sementara itu melirik potensi lainnya dari model bisnis ini adalah pembangunan model bisnis yang inklusif seperti mendesain model untuk kerjasama antara sektor swasta dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Bahkan terdapat potensi bisnis pasca pandemi seperti pemberian kredit penanaman kembali (replanting) bagi petani, untuk meningkatkan ketahanan sumber mata pencaharian di daerah untuk dapat kembali berproduksi dan menyalurkan produknya ke kawasan komersial.
Sejurus dengan yang diungkapkan Fitrian, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Purwadi Soeprihanto mengatakan bahwa investasi hijau adalah model bisnis yang mendukung pengelolaan hutan berkelanjutan karena selama ini baru kayu hasil hutan saja yang banyak dimanfaatkan.
“Berdasarkan riset potensinya sekitar 5 persen. Masih ada 95 persen potensi hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan yang belum dimanfaatkan,” kata Purwadi.
Oleh karena itu, model bisnis investasi hijau diharapkan tidak hanya memberikan keuntungan bagi pengusaha, melainkan berdampak pada pemberdayaan petani/nelayan selaku pelaku di sektor hulu. Model bisnis ini juga memastikan perlindungan lingkungan.(sdk)