KANAL24, Jakarta – Bursa Efek Indonesia (BEI) berharap kedatangan emiten baru dari Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) pada tahun depan seiring berjalannya kabinet Jokowi jilid II. Sementara itu, sejumlah perusahaan dikabarkan berencana IPO dengan target dana di atas Rp 1 triliun.
Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengatakan, pihaknya mendukung siapapun yang menduduki kursi menteri pada kabinet Jokowi jilid II selama berdampak pada kestabilan ekonomi dan politik dalam negeri.
“Kami harapkan lebih banyak BUMN yang IPO. Selama ini, alternatif penggalangan dana mereka dari perbankan, mudah-mudahan pasar modal bisa menjadi pilihan nanti,” kata Inarno di Jakarta, Senin (21/10/2019)
seperti dilansir dari Investorsaily tahun ini, kata dia, dipastikan tidak ada BUMN ataupun anak usaha BUMN yang akan mencatatkan saham perdana di BEI. Meski demikian, pihaknya optimistis target emiten baru tahun ini bisa tercapai. Sepanjang tahun berjalan ini, BEI berhasil menjaring 42 emiten baru dan masih ada 30 emiten yang mengantre masuk bursa. “Selain BUMN , dari startup Unicorn juga kami harapkan bisa masuk ke sini. Tapi tentunya mereka punya pertimbangan,” ujar Inarno.
Sebagai informasi, sejumlah perusahaan dengan skala menengah hingga besar menyatakan sedang mematangkan rencana IPO tahun depan. Anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), yakni PT Wijaya Karya Realty, mengincar dana IPO sekitar Rp 2-2,5 triliun dengan melepas sekitar 30% saham.
Selanjutnya, Direktur Utama PT PP Tbk (PTPP) Lukman Hidayat sempat mengatakan, pihaknya mempertimbangkan IPO untuk anak usahanya, PT PP Infrastruktur. Perseroan cenderung memprioritaskan PP Infrastruktur dibanding IPO anak usaha lainnya seperti PP Energi.
Adapun PT Adhi Karya Tbk (ADHI) juga membuka peluang bagi anak usahanya, yaitu PT Adhi Commuter Properti (ACP), untuk IPO tahun depan. Sebelumnya, perseroan sempat mempertimbangkan IPO anak usaha tersebut pada tahun ini.
Tak hanya anak-anak usaha BUMN , perusahaan di sektor swasta juga dikabarkan membidik IPO dengan target dana jumbo. Belum lama ini, Bloomberg melaporkan, PT Champ Resto yang dikenal sebagai pengelola restoran Gokana Ramen & Teppan membidik dana segar US$ 150 juta dari IPO. Perseroan dikabarkan berencana mengeksekusi aksi ini pada kuartal I-2020.
Adapun Quadria Capital juga sempat berdiskusi dengan PT Mandiri Sekuritas, Citigroup, dan CLSA untuk mematangkan aksi penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham PT Soho Global Health. Jika berjalan mulus, rencana melantai perusahaan farmasi tersebut diperkirakan bakal dieksekusi pada 2020.
Sumber Investor Daily mengatakan, sebagai private equity yang berbasis di Singapura, Quadria Capital diperkirakan bakal melepas sahamnya di Soho Global. Dengan demikian, terdapat kemungkinan bakal terjadi dua aksi, yakni divestasi saham lama dan penawaran saham baru ke publik.
Secara terpisah, Managing Director PT Kresna Graha Investama Tbk (KREN) Jahja Suryandy mengatakan, pihaknya berencana menyiapkan salah satu anak usahanya yang bergerak di bisnis digital untuk IPO pada 2020. Target nilai IPO diharapkan dua kali lebih besar dibanding PT Digital Mediatama Maxiama Tbk (DMMX) yang berhasil menghimpun dana Rp 618 miliar.
“Perusahaan yang akan kami bawa IPO ini sudah menghasilkan profit. Kami siapkan mereka supaya nanti valuasinya lebih bagus. Rencananya, kami akan menggunakan dasar valuasi laporan keuangan April 2020,” jelas Jahja.
Sementara itu, sejumlah sekuritas menilai berbagai prospek yang menjanjikan pada IPO tahun depan. PT Sinarmas Sekuritas sebelumnya menyatakan siap menangani aksi IPO PT Unicharm Indonesia. Perseroan berencana melepas sekitar 20% saham ke publik dengan target dana IPO mencapai Rp 1 triliun.
Kepala Divisi Investment Banking BNI Sekuritas Tulus Nababan mengatakan, pihaknya sedang dalam proses untuk menjadi penjamin pelaksana efek dalam IPO anak usaha BUMN pada 2020. “Tahun depan mungkin ada, anak usaha BUMN sekitar dua atau tiga,” ujarnya.
Tulus menambahkan, pihaknya untuk saat ini tidak bisa mengungkapkan nama anak usaha BUMN yang terdaftar di pipeline BNI Sekuritas. Terdapat beberapa sektor yang sudah terdaftar dan salah satunya sektor properti. “Untuk nilai emisi mungkin sekitar Rp 1 triliun,” ujarnya.(sdk)