Kanal24, Malang – Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB) mengadakan International Seminar on Cultural Sciences (ISCS) II yang mengusung tema krisis ekologi. Seminar internasional yang digelar secara hybrid sejak 9-10 November 2022 ini ditargetkan menjadi wadah pertemuan akademisi tingkat nasional maupun internasional.
Koordinator ISCS II, I Kadek Yudi Astawan M.Sn., menjelaskan, seminar ini menjadi tempat untuk silang pengetahuan dan pengalaman dari berbagai disiplin keilmuan seperti antropologi, kajian media, sastra, dan seni rupa murni (fine arts) sehingga dapat menemukan pemahaman bersama tentang bagaimana manusia dapat bersikap, bertahan, beradaptasi, dan berstrategi dalam menghadapi fenomena krisis ekologi.
Seminar ini terbagi atas 10 subtema, diantaranya mengenai expression of fine arts, environment, and marginal community, ecological crises on popular arts, film, and music, new media, video art, readymade, and found object, serta eco art, land art, site-specific art, and ecological multiculturalism.
Selain itu juga dibahas topik seputar art in public space, gender, art, and ecological issues, ecological crises in the upland and the coastal societies, performance art and environmental issues, ecological crises from a multidisciplinary perspective, dan molecular engineering in the time of ecological crisis.
ISCS II ini menghadirkan lima pembicara utama dari berbagai negara. Mereka antara lain Boreth LY, Ph.D. dari University of California, Dr. Hipolitus K. Kewuel, M.Hum. dari Universitas Brawijaya, Roberto Rizzo, Ph.D. dari University of Milan – Bicocca, Dr. Deny Tri Ardianto, Dipl.Art. dari Universitas Sebelas Maret, dan Noria Ak Tugang, Ph.D. dari Universiti Malaysia Sarawak.
Total peserta yang menghadiri ISCS II ini ada 231, baik secara daring maupun luring. Jumlah ini terdiri atas 88 presenter dan 143 partisipan. Sebagian besar peserta berasal dari Indonesia, India, Pakistan, Cina, Nigeria, dan Ethiopia.
Dalam seminar ini, salah satu presenter ISCS II, Inas Amilia, mempresentasikan tentang studi kuliner krecek bung dari Candipuro dan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang. Studi kuliner krecek bung ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara makanan, budaya, dan masyarakat yang nantinya bisa dijadikan sebagai identitas budaya kuliner masyarakat tersebut.
Artikel ilmiah ini membahas masalah bagaimana cara pembuatan rebung menjadi krecek bung yang tidak ditemui di daerah lainnya. Kemudian mengungkap alasan, latar belakang dan sejarah alasan rebung dibuat menjadi krecek pada zaman dahulu. Ia juga memaparkan bagaimana krecek bung memiliki makna bagi masyarakat hingga saat ini.
“Terakhir, melihat perbedaan cara pengolahan antara dua tempat yang berbeda dari warisan antargenerasi,” kata mahasiswa Program Studi Antropologi FIB UB ini.