KANAL24, Malang – Memiliki ketertarikan terhadap isu perubahan iklim, membuat Fibrilatifa Adityawitari mahasiswi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UB berhasil mengikuti program magang dari USAID (United States Agency for International Development) melalui program APIK (Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan).
Melalui sambungan telefon, Fibril menceritakan kepada kanal24.co.id kegiatan magang yang ia lakukan di Dusun Kepetingan, Desa Sawohan, Kecamatan Buduran, Sidoarjo. Magang ini ia lakukan selama 6 bulan sejak Agustus 2019-januari 2020.
“Ketika saya diterima magang di USAID Jawa Timur, kebetulan mereka punya program APIK yang fokus kerjanya di wilayah das brantas di 7 kabupaten kota di jawa timur, salah satunya di Dusun Kepetingan Sidoarjo ini,” ujarnya, jumat (7/2/2020).
Lebih lanjut, Fibril mencoba untuk membantu mengatasi permasalahan yang ada di dusun tersebut, yaitu soal banjir rob. Bersama-sama dengan APIK, Fibril memberi solusi permasalahan melalui program ekowisata mangrove. Hal ini didasarkan pada alaminya tumbuhan mangrove dan besarnya sungai di daerah tersebut yang cocok jika dijadikan ekowisata.
Banjir rob yang terjadi di dusun kepetingan selain merusak rumah warga, juga menghambat ekonomi masyarakat disana yang mayoritas bekerja sebagai nelayan dan petambak, sehingga diperlukan mata pencaharian alternatif. Konsep ekowisata ini selain membantu pendapatan warga setempat juga menumbuhkan sikap menjaga dan kepedulian terhadap alam sebagai sumber pendapatan mereka.
Luaran yang dihasilkan dari program magang ini berupa buku petunjuk yang ditulis langsung oleh mahasiswi asal Jakarta tersebut dibawah bimbingan pakar APIK. Rencananya, buku ini akan dibagikan ke instansi-instansi pemerintah seperti Bappeda, Dinas Kelautan, Pemerintah Desa dan warga lokal sebagai pedoman realisasi pembuatan ekowisata dengan background berbagai wilayah serta strategi jangka pendek, menengah dan panjang.
Fibril juga menginformasikan bahwa ia merupakan mahasiswi pertama di FPIK yang berhasil magang di Lembaga pembangunan internasional milik Amerika Serikat itu.
“Jika di perkuliahan saya belajar banyak teori, di magang ini saya belajar aplikasinya dan ilmu lain. Contohnya, Dulu saya berpikir perubahan iklim terkait soal konservasi, laut, sampah, dan industry. Ternyata, semua sektor kehidupan manusia berperan terhadap perubahan iklim, mulai dari pertanian, peternakan, gender, dan peran ibu rumah tangga,” jelasnya.
Mahasiswi yang juga jago diving ini berharap ekowisata segera terealisasi sehingga banjir rob bisa ditangani dan masyarakat setempat memiliki alternatif mata pencaharian.(meg)