KANAL24, Surabaya – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tanggal 3 Oktober 2020, melaporkan kondisi iklim di Indonesia, khususnya Jawa Timur diprediksi bakal terjadi fenomena La Nina atau siklus lebih dinginya laut di pasifik equator yang mempengaruhi sistem iklim global. Mencermati hal itu, Pemprov Jatim kini mulai melakukan langkah mitigasi.
Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa pun menginstruksikan jajaran OPD terkait dalam menghadapi bencana hidrometereologi dan fenomena La Nina. Penegasan itu disampaikan gubernur saat Rapat Koordinasi (Rakor) bersama semua pihak di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jatim, Rabu (21/10/2020).
Gubernur juga meminta jajaran BMKG, BPBD, Dishub, PU Cipta Karya, Binamarga dan Dinas Sosial untuk bersiap mengantisipasi peningkatan curah hujan tinggi sebagai dampak La Nina. “Bedasarkan data dari BMKG menunjukkan, La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi curah hujan naik 25 persen,” ungkapnya.
Instansi yang memiliki kemampuan kebencanaan untuk segera memitigasi dari setiap potensi kebencanaa dari hulu hingga hilir. Terutama, pada jalur jalur evakuasi kepada masyarakat jika terdapat bencana banjir, longsor ataupun angin puting beliung.
“Saya minta ini harus di detailkan, baik BMKG, BPBD, Dinsos, Dinas PU Cipta Karya, Dinas Kesehatan, hingga Bappeda dan seluruh instansi kebencanaan untuk mengantisipasi adanya dampak yang terjadi. Ini sesuatu yang kompleks karena kebencanaan yang terjadi dapat mengakibatkan kemiskinan baru,” tegasnya.
Pemetaam mitigasi pun dilakukan secara detail dari hulu hingga hilir. Mulai menghitung seluruh potensi dampak yang ditimbulkan terhadap sektor sosial, ekonomi dan kehidupan masyarakat baik tempat evakuasi, dampak sosial dan ekonomi seperti pertanian, perkebunan, perikanan dan sebagainya.
“Kalau kita bisa mendetailkan koordinasi secara operasional, akan bagus dalam melangkah menangani kesiapsiagaan bencana. Kami tidak ingin terlambat merespon adanya fenomena La Nina,” terangnya.
Menurutnya, di masa Pandemi Covid-19 ini penanganan bencana harus dilakukan secara detail dan terukur. “Kita harus membreakdown, jikalau nanti ada evakuasi. Pandemi covid belum berakhir. Kita sama sama melakukan antisipasi lebih terukur melalui pola mitigasi mulai dari hulu hingga hilir seperti apa,” imbaunya.
Ia mengibaratkan, jika terjadi banjir, puting beliung, maupun longsor bisa melakukan evakuasi di mana saja dengan tetap menjaga protokol kesehatan. “Inilah yang membedakan antara antisipasi resiko bencana alam saat ada dan tidak ada pandemi Covid-19. Dalam waktu dekat, kami akan melakukan apel kesiapsiagaan bencanaan bersama semua pihak untuk lebih mengantisipasi dampak dari kebencanaan bisa dipersiapkan dengan detail,” jelasnya. (sdk)