Kanal24, Malang – Jepang bersiap mengambil langkah revolusioner dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) guna memberantas situs bajakan anime dan manga. Situs-situs tersebut selama ini telah menyebabkan kerugian ekonomi yang mencapai miliaran yen setiap tahunnya.
Langkah ini diambil untuk melindungi industri pop kultur yang menjadi kebanggaan nasional sekaligus salah satu sumber utama pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan laporan kelompok penerbit lokal, terdapat lebih dari 1.000 situs yang menawarkan akses gratis kepada pengguna di seluruh dunia untuk menikmati konten anime dan manga secara ilegal.
Kerugian ini tak hanya merugikan kreator, tetapi juga mengancam keberlangsungan industri kreatif Jepang. Untuk mengatasi masalah tersebut, Badan Kebudayaan Jepang telah mengajukan skema percontohan senilai 300 juta yen (sekitar 2 juta dolar AS), yang direncanakan berlangsung hingga Maret 2025.
Peran AI dalam Memberantas Bajakan
AI akan menjadi ujung tombak dalam proyek ini. Teknologi canggih berbasis deteksi gambar dan teks akan digunakan untuk memindai internet dan melacak situs-situs yang menyebarkan konten ilegal.
“Hak cipta selama ini diawasi secara manual oleh pemilik konten. Tetapi upaya tersebut tidak bisa mengejar laju konten bajakan yang terus bertambah,” ungkap Keiko Momii, pejabat dari Badan Kebudayaan Jepang.
Inspirasi dari proyek serupa di Korea Selatan yang sukses besar mendorong Jepang mengadopsi pendekatan ini. Jika skema ini berhasil, teknologi serupa akan diterapkan pada karya film dan musik yang juga menjadi sasaran pembajakan.
Dukungan dari Strategi “Cool Japan”
Langkah tersebut juga didorong oleh strategi “Cool Japan” yang direvisi pada Juni lalu. Pemerintah Jepang menargetkan ekspor produk budaya seperti anime, manga, dan sektor kreatif lainnya mencapai 20 triliun yen (sekitar 130 miliar dolar AS) pada 2033.
Pada tahun 2022, sektor gaming, anime, dan manga Jepang telah mencatat pendapatan sebesar 4,7 triliun yen dari pasar internasional, hampir menyamai nilai ekspor microchip yang mencapai 5,7 triliun yen.
Sebanyak 70 persen dari situs bajakan yang menyebarkan konten Jepang beroperasi menggunakan bahasa asing seperti Inggris, Mandarin, dan Vietnam. Hal ini menunjukkan tantangan besar dalam melindungi karya budaya Jepang dari eksploitasi internasional.
Potensi Kolaborasi untuk Masa Depan Cerah
Dengan memanfaatkan AI, Jepang berharap mampu menekan angka pembajakan secara signifikan sekaligus memperkuat daya saing global industri kreatifnya. Pemerintah juga mengandalkan kolaborasi erat antara akademisi, pemerintah, dan pelaku bisnis untuk memaksimalkan potensi teknologi ini.
Jepang, yang dikenal sebagai rumah bagi karya-karya ikonik seperti Dragon Ball dan Final Fantasy, semakin membuktikan bahwa budaya dan teknologi dapat saling menguatkan. Proyek ini diharapkan tidak hanya melindungi industri kreatif, tetapi juga memberikan kontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi dan reputasi global Jepang sebagai pemimpin inovasi.
Dari pengembangan AI hingga perlindungan hak cipta, Jepang menunjukkan komitmennya untuk menghadirkan masa depan di mana teknologi dan budaya berjalan beriringan. (nid)