Kanal24, Malang – Bagi Rafika Febriani Putri, S.Pt., M.Pt., menjadi Juru Sembelih Halal (Juleha) bukan hanya tentang menambah kompetensi profesional, tetapi juga sebuah panggilan untuk menjaga prinsip-prinsip agama dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Rafika pertama kali mengenal dunia Juleha melalui program sertifikasi kompetensi yang ditawarkan oleh fakultasnya. Tawaran ini langsung menarik perhatiannya, mengingat profesi ini tidak hanya mendukung karir akademisnya, tetapi juga memberikan nilai tambah dalam kehidupan keluarga.
“Saat itu saya berpikir, ini adalah kesempatan untuk menjembatani ilmu teori dengan praktik langsung di lapangan. Sebagai seorang ibu, saya juga ingin memastikan bahwa setiap makanan yang dikonsumsi keluarga saya benar-benar halal,” ujar Rafika. Langkah ini menandai awal perjalanannya dalam dunia Juleha, menjadikannya salah satu dari sedikit perempuan yang menekuni profesi ini.
Pentingnya Peran Juleha dalam Menjaga Kehalalan dan Kesejahteraan Hewan
Keberadaan Juleha memegang peran kunci, terutama menjelang momen penting seperti Idul Qurban. Juleha tidak hanya memastikan proses penyembelihan hewan sesuai syariat Islam, tetapi juga menjaga kesejahteraan hewan selama proses tersebut. Dalam pandangan Rafika, penyembelihan bukan sekadar aktivitas teknis, tetapi sebuah tanggung jawab moral yang harus dilakukan dengan ma’ruf.
“Juleha memastikan bahwa hewan qurban sehat, nyaman, dan tidak mengalami rasa sakit berlebihan selama proses penyembelihan. Hal ini tidak hanya penting secara syariat, tetapi juga memengaruhi kualitas daging yang dihasilkan,” tambahnya.
Rafika menegaskan bahwa penggunaan pisau yang tajam dan teknik penyembelihan yang tepat adalah langkah awal yang wajib dilakukan oleh seorang Juleha. “Pisau harus mampu menyembelih dalam satu tarikan untuk meminimalkan rasa sakit. Selain itu, pengucapan ‘Bismillahi Allahu Akbar’ menjadi kunci sahnya penyembelihan, sehingga tidak boleh dilewatkan.”
Selain proses teknis, Juleha juga berperan dalam menciptakan lingkungan yang kondusif untuk hewan. Hewan qurban harus diistirahatkan sebelum disembelih dan tidak boleh menyaksikan proses penyembelihan hewan lain. Hal ini penting untuk mengurangi stres pada hewan, yang juga berdampak pada kualitas daging.
Tantangan dan Peluang bagi Juleha di Indonesia
Meski memiliki peran krusial, masih banyak tantangan yang dihadapi Juleha di Indonesia. Rafika mengungkapkan bahwa kesadaran masyarakat tentang pentingnya melibatkan Juleha dalam proses penyembelihan masih perlu ditingkatkan. “Sayang sekali jika hewan qurban yang sudah disiapkan dengan baik ternyata proses penyembelihannya tidak sah hanya karena ada langkah yang terlewat,” ujarnya.
Harapannya, semakin banyak wilayah, masjid, dan kelompok masyarakat yang melibatkan Juleha dalam pelaksanaan Idul Qurban. Dengan begitu, kehalalan dan kesejahteraan hewan qurban dapat terjamin secara menyeluruh. Profesi Juleha, yang selama ini kurang dikenal, dapat menjadi garda depan dalam memastikan pelaksanaan syariat Islam berjalan dengan baik.
Rafika Febriani Putri adalah contoh nyata bahwa menjadi Juleha bukan hanya tanggung jawab keagamaan, tetapi juga bentuk kontribusi nyata dalam membangun masyarakat yang lebih peduli terhadap nilai-nilai halal dan animal welfare. (Din/Pug)