KANAL24, Probolinggo – Nama Kampung Wisata Rajungan yang terletak di Desa Banjarsari Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo, mungkin masih asing didengar. Kampung wisata ini tergolong masih baru, dibentuk pada 7 Desember 2020 lalu oleh warga dan pemuda desa yang ingin melestarikan habitat laut yang merupakan sumber ekonomi bagi mereka.
Ketua Pokdarwis Kampung Wisata Rajungan, Dundik Budi Wahyu kepada kanal24.co.id menceritakan bahwa ide awal pembentukan kampung wisata ini sebenarnya sudah sejak sekitar 3 tahun lalu. Ide ini didasari karena warga yang tinggal di sekitar perairan Banjarsari ini bermata pencaharian sebagai nelayan khususnya nelayan rajungan dan di Indonesia sendiri belum ada daerah yang memiliki kampung wisata rajungan.
“Sebenarnya konsep kampung wisata ini masih sangat baru. Kami masih terus berupaya agar kampung wisata ini bisa dilirik oleh para wisatawan. Karena masih baru, jadi belum banyak sarana dan fasilitas yang sudah tersedia,” ungkapnya, Selasa (2/3/2021).
Budi melanjutkan, meski konsep ini tergolong baru, namun ia dan anggota pokdarwis lainnya telah memiliki rencana untuk menjadikan kampung wisata rajungan ini sebagai salah satu tempat yang wajib dikunjungi jika ke Probolinggo. Nantinya, di kampung ini akan ditawarkan berbagai hidangan kuliner laut, seperti rajungan, kepiting, ikan sembilang, dan aneka kerang khas Banjarsari.
Selain tengah berupaya membangun kampung wisata, warga sekitar juga tak lupa untuk melestarikan habitat laut, khususnya mangrove yang memiliki peranan penting pada ekosistem rajungan di daerah tersebut. Sebagai informasi, selain diolah, rajungan asal Banjarsari ini sudah mencapai pasar ekspor hingga ke Amerika.
“Fungsi mangrove untuk rajungan ini sangat besar sekali, untuk bibit mangrove dan mencegah abrasi. Oleh karena itu, warga sini selalu berupaya untuk terus melestarikan mangrove dan terus menanam bibit-bibit mangrove yang baru,” jelasnya
Adapun luas mangrove yang dimiliki kampung wisata Banjarsari ini seluas 2.1 Ha dengan jumlah propagul 19.000 batang dan jumlah pohon yang telah berdaun sebanyak 2.000 batang.
Dengan adanya kampung wisata dan habitat mangrove ini, Budi berharap Pemerintah dapat mendukung ide-ide dari masyarakat lokal ini agar Probolinggo memiliki lebih banyak alternatif tempat wisata selain Gunung Bromo dan air terjun Madakaripura. (meg)