Kanal24, Malang – Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Ilham Akbar Habibie, menyampaikan kekhawatiran mendalam terkait tren di kalangan generasi muda Indonesia. Alih-alih memilih jalan sebagai insinyur yang memiliki peran krusial dalam pembangunan bangsa, banyak anak muda justru lebih tertarik pada profesi sebagai Youtuber. Hal ini diungkapkan oleh Ilham Habibie dikutip Jumat (2/5/2025).
“Insinyur Indonesia adalah ujung tombak reindustrialisasi. Mereka yang membangun infrastruktur penting seperti bendungan, jalan raya, pelabuhan, dan mengembangkan teknologi strategis untuk kemajuan bangsa,” tegas Ilham.
Baca juga:
MKM Pendaftar Ketiga Bacadek FIA UB
Namun, ironisnya, jumlah insinyur yang teregistrasi dan diakui secara profesional di Indonesia masih sangat minim. Ilham mengungkapkan bahwa dari sekitar 400 ribu lulusan teknik setiap tahunnya, diperkirakan hanya 270 ribu yang aktif bekerja di berbagai sektor teknik dan rekayasa. Lebih mengkhawatirkan lagi, sekitar 30% lulusan teknik justru memilih berkarir di luar bidang keahlian mereka, sehingga Indonesia kehilangan potensi besar dalam pengembangan keinsinyuran.
Menurut Ilham, ketidakseimbangan minat ini erat kaitannya dengan kondisi pasar kerja di Indonesia. “Tadi kan ada kenyataan bahwasannya ada ketimpangan di antara peminat yang mau spesialisasi fokus bidang teknik dengan apa namanya yang banyak yang mau jadi Youtuber. Kalau menurut saya, itu ada kaitannya dengan job opportunities,” jelasnya.
Lebih lanjut, Ilham menyoroti keterbatasan dalam pengembangan produk dan minimnya industri lokal dengan merek sendiri sebagai faktor yang mempersempit ruang gerak insinyur di dalam negeri. “Karena kita memang tidak ada merknya, ya pekerjaan insinyur memang terbatas, gitu ya. Mungkin lebih kayak industrial engineer, atau production engineer, tapi kalau punya desain, untuk mengeluarkan penelitian, mengeluarkan produk, itu bisa terbatas,” papar putra mantan Presiden BJ Habibie tersebut.
Ilham juga mengupas akar permasalahan yang lebih dalam, yaitu kondisi struktural ekonomi Indonesia yang masih terlalu bergantung pada kekayaan sumber daya alam. Ia menyinggung fenomena resource curse atau “kutukan negara kaya sumber daya alam” yang berpotensi membuat masyarakat terlena dan kurang termotivasi untuk mengembangkan sektor industri yang membutuhkan peran sentral para insinyur.
“Kondisi negara yang terkena, dengan yang namanya ketukan sumber daya alam. Atau curse of the resource-rich economy. Karena kita punya pilihan. Di sini, itu awal kaya dalam sumber daya alam. Alhamdulillah. Namun demikian,” ujarnya.
Baca juga:
UB & Massey University Perkuat Kolaborasi Lewat Double Degree
Sebagai perbandingan, Ilham mencontohkan Jepang, sebuah negara tanpa sumber daya alam yang justru mampu menjelma menjadi kekuatan industri dunia. “Misalnya Jepang. Jepang maju kenapa? Dia enggak ada sumber daya alam sama sekali. Jadi kalau dia tidak mau mengembangkan industri, dia mati,” tuturnya.
Oleh karena itu, Ilham menekankan urgensi untuk membangun pola pikir baru yang dapat mendorong pengembangan industri nasional dan membangkitkan kembali semangat keinsinyuran di kalangan generasi muda. “Ini adalah, menurut saya, bermula dengan persepsi banyak orang bagaimana kita harus lihat apa yang menjadi peluang yang bisa, karena kita sudah punya banyak hal,” pungkasnya. Fenomena ini menjadi alarm bagi Indonesia untuk segera mengambil langkah strategis agar tidak terus menerus kehilangan potensi insinyur yang sangat dibutuhkan untuk mewujudkan kemajuan bangsa. (nid)