Keunggulan ummat ini karena terlahir sebagai ummat yang memiliki tugas dakwah, sebuah tugas mulia yang mampu menempatkan para pelakunya pada derajat tertinggi dalam realitas kemanusiaan dan dalam pandangan Allah swt. Sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah swt Q.S. Ali Imron ayat 110. Bahwa siapa saja yang menjalankan peran sebagai penyeru kebaikan dan mencegah dari kemungkaran akan menjadi sebaik-baik ummat (khairu ummah). Dakwah adalah sebuah tindakan mulia, agung dan besar karena ikut terlibat dalam amal utama yang dijalankan oleh nabi.
Bahkan lebih daripada itu bahwa dakwah dapat menyelamatkan ummat manusia dari kehancuran. Sebab dakwah adalah mekanisme kontrol sosial yang didesain oleh Allah swt agar manusia tetap berada di jalan fitrahnya. Karena manusia memiliki dua potensi yang saling bertentangan sekaligus, yaitu potensi kebaikan (sebagaimana yang disuarakan oleh akal) dan potensi keburukan (sebagaimana yang digelorakan oleh nafsu, innan nafsa la ammaaratun bissuu’). Kedua potensi ini haruslah dikelola dengan baik agar potensi kebaikan menjadi bernilai ketaqwaan sebagai jalan kebahagiaan dunia akhirat dengan menekan dan melemahkan potensi keburukan agar tidak terjatuh ke lembah kenistaan (fujur). Sebagaimana di informasikan oleh Allah swt :
فَأَلۡهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقۡوَىٰهَا
maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, ( Asy-Syams, Ayat 8)
Apabila mekanisme kontrol melalui dakwah ini tidak dijalankan maka keburukan dan kemungkaran yang akan menguasai realitas. Karena energi negatif kecenderung lebih powerfull daripada kebaikan (jadi teringat dengan rumus dasar matematika, bahwa apapun yang dikalikan dengan minus pasti menjadi minus). Karena itulah dakwah haruslah dilakukan dengan lebih mendahulukan mencegah kemungkaran daripada hanya mengajak kepada kebaikan (ma’ruf). Jika mekanisme dakwah tidak dijalankan maka kehancuran yang akan didapati. Sebagaimana sabda nabi :
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ
Artinya: Dari Huzhaifah bin Al-Yaman dari Nabi SAW bersabda:” Demi dzat yang jiwaku ditangan-Nya hendaknya engkau melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, atau jika tidak Allah hampir mengirim azabnya, kemudian engkau berdo’a tetapi tidak dikabulkan”(HR At-Tirmidzi dan Ahmad).
Dalam menjalankan tugas dakwah, seseorang perlu melakukannya dengan cara hikmah yaitu dakwah yang baik, benar, tepat dan bijaksana. Berdakwah dengan hikmah berarti mencakup semua kompetensi dengan segala kemampuan, cara dan kreatifitas. Sebagaimana dalam FirmanNya :
ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (An-Nahl, Ayat 125)
Hikmah adalah suatu kata yang singkat padat bermakna luas. Itulah cara Allah mengajarkan retorika super cerdas melalui suatu kata yang bernama hikmah. Hikmah adalah penguasaan secara detail atas suatu hal. Sebagaimana dalam sebuah ungkapan :
نزلت الحكمة على السنة العرب وعقول اليونان ويدي الصينيين
Hikmah diturunkan kepada lidah-lidah orang Arab, akal orang Yunani dan tangan-tangan orang China.
Dakwah bil hikmah adalah kesediaan untuk menguasai bidang kajian keilmuan dan potensi diri dengan baik untuk dipergunakan semaksimal mungkin dalam berdakwah dan setiap muslim wajib melibatkan dirinya dengan semua potensi yang ada untuk terlibat dalam dakwah islam ini kepada siapapun dimanapun dan kapanpun. Demikian pula karena hikmah juga bermakna al hukm yaitu mencegah atau menghindari dari kesalahan dan kesesatan. Jadi dakwah bil hikmah berarti seorang muslim dalam berdakwah harus berada dalam jalan yang benar dan jangan salah sehingga perlu seorang guru yang mendampingi atau komunitas jamaah yang dengannya dapat mengarahkan dan mengelola dakwah dalam suatu langkah yang terarah dan tidak salah. Sebab kebaikan yang tidak terkelola dengan baik hanya akan dikalahkan oleh keburukan dan kedhaliman yang dikelola dengan baik.
Dalam berdakwah seseorang juga harus terus mengembangkan diri dan menggunakan metode serta cara dakwah yang dengan penuh kreatifitas mengikuti perkembangan objek dakwah dan realitas mad’u atau masyarakat sasaran dengan menggunakan bahasa yang penuh dengan kebijaksanaan (wisdom) dan keikhlasan serta sesuai dengan kapasitas dari objek dakwahnya. Karena komunikasi dakwah yang efektif adalah apabila memiliki kedekatan budaya dengan objek komunikasinya sehingga akan membuat tujuan dakwah semakin mudah tercapai. Hal ini digambarkan dalam Firman Allah :
وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن رَّسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوۡمِهِۦ لِيُبَيِّنَ لَهُمۡۖ فَيُضِلُّ ٱللَّهُ مَن يَشَآءُ وَيَهۡدِي مَن يَشَآءُۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, agar dia dapat memberi penjelasan kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana. (QS. Ibrahim, Ayat 4)
Dalam realitas masyatakat tekhnologis saat ini maka penggunaan berbagai produk teknologi komunikasi perlu kiranya untuk dioptimalkan dalam menunjang keberhasilan dakwah termasuk di dalamnya adalah penggunaan media sosial yang ada, khususnya untuk kalangan masyarakat muda milennial ataupun masyarakat modern kota. Sementara pada masyarakat desa maka pendekatan bil hal melalui tindakan tentu akan lebih bermakna bagi mereka karena terasa dekat dengan realitas dan kebutuhan mereka. Namun penentu semua aktifitas dakwah itu adalah keistiqomahan untuk terus menapaki jalan dakwah yang dipilih. Karena keberhasilan adalah dengan keistiqomahan. Dalam keistiqomahan ada semangat dan kesungguhan untuk terus menapaki jalan dakwah yang telah dijalani. Sebagaimana sabda Nabi, “aamantu billahi tsummas taqim, imanlah kalian kepada Allah kemudian istiqomahlah”.
Akhirnya semua orang harus terlibat dalam usaha dakwah dengan segala apapun potensi yang dimilikinya baik seremeh dan sekecil apapun potensi yang ada pada peran dan profesi apapun. Teruslah mengajak orang pada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Lakukan “ud’uu ilaa sabiili rabbik..” seruan “ud’uu” ini adalah adalah kata kerja (isim fail) yang membutuhkan objek (maf’ul) namun dalam kalimat Firman Allah itu tidak disebutkan maf’ulnya, hal ini menandakan bahwa tugas utama kita adalah menyeru kepada siapa saja, dimana saja dan dalam dalam peran profesi apa saja. Karena dengan mengajak berarti kita turut terlibat dalam sebuah perubahan ke arah kebaikan dan mencegah kehancuran yang lebih besar dari kehidupan ini. Sekecil dan seremeh apapun peran kita dalam dakwah maka itu besar dan berarti di hadapan Allah swt.
Jadikanlah aktivitas dakwah sebagai poros utama dalam kehidupan kita. Dakwah adalah amal yang utama dari para nabi sehingga siapa saja yang ikut terlibat di dalamnya berarti mereka telah menapaki jalan sejarah para orang-orang mulia nan agung dan terhebat dalam setiap realitas sejarah ummat manusia. Tidak ada yang kecil jika hal itu berkenaan dengan milik Allah yang Maha Besar. Apapun yang dipakai oleh orang mulia dan agung akan tampak berwibawa dan berharga bagi orang biasa. Sehingga siapa saja yang ikut memakainya akan menjadi tampak mulia dan agung pula. Selamat menapaki jalan dakwah dan jadikanlah ia sebagai poros utama kehidupan kita. Semoga Allah selalu membimbing kita dan meridhoi setiap langkah . Aamiiinn…
KH. Akhmad Muwafik Saleh dosen FISIP UB, penulis produktif, pengasuh pondok pesantren mahasiswa Tanwir al Afkar