Kanal24,Malang – Lingkungan kerja yang sehat dan suportif tidak selalu bebas dari konflik. Bahkan di tempat kerja yang terlihat tenang, gesekan kecil tetap bisa terjadi. Rekan kerja yang asyik bermain ponsel saat rapat, anggota tim yang tidak merespons email penting, atau atasan yang selalu menunda keputusan—semua ini merupakan bentuk konflik yang sering tak disadari.
Menurut John Eliot, Ph.D., pakar konflik di tempat kerja, rata-rata pekerja menghabiskan hingga 156 jam per tahun hanya untuk menangani konflik. Angka ini setara dengan hampir empat minggu kerja. Meski konflik sering dianggap sebagai hal negatif, sesungguhnya konflik bisa menjadi peluang untuk tumbuh, jika dikelola dengan baik.
Baca juga:
Touring Nyaman Pakai Mobil Listrik, Begini Caranya

Salah satu cara mengelola konflik adalah dengan memahami tipe kepribadian konflik (conflict personality) yang dimiliki diri sendiri maupun rekan kerja. Dalam buku How to Get Along With Anyone, Eliot bersama rekannya Jim Guinn, Ed.D., mengelompokkan respons terhadap konflik menjadi lima tipe utama. Setiap tipe memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Dengan memahaminya, kita dapat menyesuaikan strategi komunikasi dan membangun kerja tim yang lebih efektif.
1. The Avoider (Si Penghindar)
Tipe ini lebih suka bekerja sendiri dan fokus pada hal-hal besar. Mereka sangat menghargai efisiensi dan cenderung menghindari konfrontasi karena dianggap membuang waktu. Dalam banyak kasus, mereka bukan takut menghadapi konflik, tapi lebih memilih menundanya dengan harapan masalah akan hilang dengan sendirinya.
Namun, kelemahan mereka adalah kecenderungan untuk membiarkan masalah menumpuk hingga akhirnya menjadi lebih besar dan sulit ditangani.
- Kekuatan: Fokus, tidak mudah terganggu, efisien
- Kelemahan: Menunda penyelesaian konflik, kadang mengabaikan masalah penting
- Cocok bekerja dengan: The Accommodator
- Kurang cocok dengan: The Analyzer
2. The Competitor (Si Pesaing)
The Competitor adalah orang yang tegas, cepat dalam mengambil keputusan, dan sangat fokus pada hasil. Mereka menyukai tantangan dan tidak segan menghadapi konflik secara langsung. Jika ada perbedaan pendapat, mereka akan langsung menyerang inti masalah.
Namun, agresivitas mereka kadang membuat orang lain merasa ditekan atau tidak nyaman. Mereka juga cenderung mengabaikan masukan dari orang lain jika dirasa memperlambat proses.
- Kekuatan: Tegas, cepat, hasil-oriented
- Kelemahan: Terlalu agresif, kurang sabar dalam memahami situasi secara menyeluruh
- Cocok bekerja dengan: The Avoider
- Kurang cocok dengan: The Analyzer (jangka pendek), The Accommodator (jangka panjang)
3. The Analyzer (Si Penganalisis)
Tipe ini mengandalkan logika dan data. Mereka tidak ingin mengambil keputusan sebelum semua informasi terkumpul. Dalam menghadapi konflik, Analyzer akan mencari tahu akar masalah secara mendalam dan objektif.
Sayangnya, mereka sering kesulitan saat bekerja dengan tenggat waktu ketat karena terlalu lama dalam proses analisis. Selain itu, mereka bisa menjadi kaku karena terlalu terpaku pada data dan kurang fleksibel dalam beradaptasi.
- Kekuatan: Rasional, analitis, cermat
- Kelemahan: Lama mengambil keputusan, keras kepala terhadap pendapat pribadi
- Cocok bekerja dengan: The Collaborator
- Kurang cocok dengan: The Accommodator

4. The Collaborator (Si Kolaborator)
Kolaborator sangat mengutamakan kerja sama tim dan hubungan yang harmonis. Mereka hebat dalam menjembatani komunikasi antaranggota tim dan menciptakan suasana kerja yang nyaman. Konflik bagi mereka bukan sekadar soal siapa benar atau salah, tapi bagaimana semua pihak bisa merasa dihargai.
Namun, fokus mereka pada hubungan kadang membuat keputusan tertunda atau kurang tegas. Kolaborator bisa mengorbankan efisiensi demi menjaga suasana.
- Kekuatan: Komunikatif, diplomatis, peduli pada perasaan orang lain
Kelemahan: Tidak tegas, kadang sulit membuat batas profesional - Cocok bekerja dengan: The Analyzer
- Kurang cocok dengan: The Avoider
5. The Accommodator (Si Penyesuai)
Tipe ini sangat memperhatikan orang lain dan rela berkorban demi keharmonisan. Mereka akan bekerja keras untuk mendukung tim, bahkan jika itu berarti harus mengesampingkan kebutuhannya sendiri. Namun, sikap ini bisa berbahaya jika tidak diimbangi dengan batasan yang sehat.
Accommodator sering kali merasa lelah, frustrasi, atau bahkan meledak ketika merasa pengorbanannya tidak dihargai.
- Kekuatan: Empati tinggi, pendukung setia, fleksibel
- Kelemahan: Mudah kelelahan emosional, kurang berani mengungkapkan kebutuhan sendiri
- Cocok bekerja dengan: The Avoider
- Kurang cocok dengan: The Competitor
Cara Menyikapi Tipe Konflik di Tempat Kerja
Penting untuk diingat bahwa tidak ada satu tipe yang lebih baik dari yang lain. Semua tipe memiliki potensi untuk berkembang dan bekerja sama secara produktif. Kuncinya adalah memahami gaya sendiri dan orang lain, lalu menyesuaikan komunikasi.
John Eliot menyarankan empat aspek utama yang perlu diperhatikan saat berkomunikasi dengan orang lain:
- Mode: Apakah mereka lebih suka diskusi langsung atau melalui tulisan?
- Waktu: Kapan mereka paling terbuka untuk membahas masalah?
- Nada: Apakah mereka nyaman dengan komunikasi terbuka atau lebih suka pendekatan tenang?
- Arah: Apa media atau saluran komunikasi yang mereka sukai?
Baca juga:
Gelar Donor Darah, HIMAP FISIP UB Sasar 100 Pendonor
Contohnya, jika Anda adalah Collaborator yang bekerja dengan Avoider, hindari pertemuan kelompok besar dan pilih diskusi personal yang singkat dan to the point. Jika Anda adalah Competitor yang bekerja dengan Accommodator, jangan terburu-buru memaksakan pendapat. Berikan ruang agar mereka bisa menyampaikan pikiran dengan tenang.
Konflik tidak bisa dihindari sepenuhnya di tempat kerja, tetapi bisa dikelola dengan baik jika kita memahami gaya konflik masing-masing individu. Dengan mengenali lima tipe conflict personality ini, Anda bisa membangun kerja sama yang lebih sehat, saling menghargai perbedaan, dan tentunya, menciptakan tim yang lebih solid dan produktif.
Jadi, sudahkah Anda tahu tipe Anda? Dan bagaimana cara terbaik Anda bekerja dengan tipe lainnya?. (dht)