KANAL24, Malang – Kualitas diri sejatinya adalah penentu atas nilai seseorang. Kualitas ditentukan oleh sejumlah konsepsi yang membentuk konstruksi pikiran dan kemudian terwujud dalam perilaku yang tampak. Tentang bagaimana diri seseorang menghargai dirinya (self esteem) yaitu bagaimana mempersepsi cara penghargaan orang lain melalui serangkaian tindakan fisik personal, misal cara bertindak, cara bicara, cara berbusana. Sebagaimana pepatah jawa mengatakan, “ajining diri soko lathi, ajining rogo soko busono”, artinya harga diri seseorang dari lidahnya (omongannya), dan harga diri badan dari pakaian.”
Kualitas diri tampak pula tentang bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang, yaitu bagaimana cara menghormati orang lain sekalipun mereka berada pada level di bawah diri kita. Lihatlah bagaimana Nabi Muhammad tampak mulia karena kemampuannya memuliakan orang lain sekalipun terhadap anak kecil.
Semua bangunan kualitas diri itu merujuk pada satu hulu yang disebut taqwa. Taqwa-lah yang menjadikan seseorang tampak mulia di hadapan manusia lainnya. Ia menjadi pembeda antar sesama manusia. Taqwa adalah mahkota kemuliaan makhluk di hadapan Allah dan manusia.
Pada seseorang yang bertaqwa maka apapun yang melekat pada dirinya akan tampak mulia. Suatu pakaian yang awalnya berharga murah, namun jika dipergunakan oleh seorang yang bertaqwa akan tampak mahal dalam pandangan orang lain, bukan sebab harga bajunya namun menjadi mahal sebab orang yang memakainya.
Ibarat emas imitasi yang dipakai oleh seorang tuan akan tampak seakan emas murni bagi orang lain. Namun jika seorang pembantu meskipun yang dipakainya adalah emas murni maka akan dianggap imitasi oleh orang lain. Secara kelakar seorang motivator pada suatu kesempatan menyatakan, “Kalau anda tidak punya uang, kata-kata motivasi anda akan terdengar seperti kentut, kalau anda memiliki banyak uang, kentutmu bahkan bisa memotivasi”.
Pada orang yang dianggap berkualitas (sebab derajat taqwa) maka tindakan sesepele apapun atau ucapan seremeh apapun dan apapun yang keluar dari dirinya akan tampak indah dan mampu memotivasi orang lain. Lihatlah para ulama dan waliyullah yang tinggi derajat di hadapan Allah, tindakan sepele mereka mampu bernilai hikmah bagi orang lain.
Demikianlah kualitas diri, mampu merubah sudut pandang orang atas diri seseorang. Kualitas diri tidaklah dilihat dari sejumlah materi tertentu namun sebab faktor kualitas konstruksi keyakinan dalam dirinya. Benarlah apa yang disabdakan oleh Rasulullah saw :
إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِـنْ يَنْظُرُ إِلَى قُــــلُوبِكُمْ وَأَعْمَــالِكُمْ
“Sungguh Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, melainkan melihat hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)
Kualitas diri adalah kualitas hati, pikiran dan tindakan. Pada hati yang sehat, maka pikiran dan tindakan akan menjadi lebih hidup, positif dan penuh gairah. Sehingga menjadikan diri seseorang tampak sangat berkualitas. Sebaliknya pada hati yang sakit, maka pikiran akan semrawut, tindakan tidak bersemangat, dan negatif dalam melihat orang lain sehingga lahirkan sifat iri dengki, hasud hingga muncul kesombongan. Pada diri yang demikian kualitas diri akan terjatuh ke lembah kenistaan.
Lihatlah disaat iblis merasa lebih hebat dibandingkan dirinya, dia merasa memiliki kualitas yang unggul karena tercipta dari api sementara dia melihat manusia lebih rendah dari dirinya karena tercipta dari tanah. Saat demikianlah, akhirnya iblis terjungkal ke lembah kenistaan, dia dikeluarkan dari tempat kemuliaan (surga).
Apabila seseorang ingin mulia dalam pandangan manusia, maka tingkatkan kualitas diri melalui kualitas hati, pikiran dan tindakan melalui tindakan terhormat dengan menghormati dan memuliakan orang lain. Itulah pribadi taqwa, derajat tertinggi yang menjadi pembeda setiap insan.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. (QS. Al-Hujurat : 13)
Semoga kita mampu mewujudkan taqwa dalam tindakan keseharian sehingga hidup kita semakin berkualitas. Semoga Allah selalu membimbing setiap tindakan kita untuk terus berada di jalan-Nya dan mendapat ridho-Nya. Aamiiin…
Akhmad Muwafik Saleh Dosen Fisip UB Malang