KANAL24, Jakarta – Direktur Jendral Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulfikri memastikan, pembangunan proyek kereta semi cepat Jakarta – Surabaya saat ini sudah masuk tahap pre-Feasibility Study (Pre-FS) oleh pihak Jepang. Diharapkan proses itu bisa rampung pada akhir 2020 sehingga proses konstruksi bisa dimulai tahun berikutnya atau di 2021.
“Sekarang sedang dilakukan pre-FS. Sudah keluar spesifikasinya, sepakat Jepang menggunakan kereta diesel elektrik motor unit. Rel 1076 nero gauge. Di beberapa tempat, sepanjang 56 km elevated, dengan slap on pile seperti di bandara Solo. Kita akan perbaiki pelintasan sebidang di sepanjang itu, sebanyak 1992 pelintasan sebidang,” ujar Zulfikri dalam acara diskusi dengan Forwahub di Jakarta, Jumat (2/8/2019).
Zulfikri mengungkap, sejatinya proyek pembangunan kereta semi cepat Jakarta-Surabaya hanyalah proyek restrukturisasi jalur yang sudah ada, agar kapasitas dan kecepatan lintas kereta bisa lebih ditingkatkan. Namun demikian, dengan pertimbangan efisiensi maka pada akhirnya diputuskan untuk membangun jalur baru, dengan peningkatan standar keamanan, sehingga kecepatan kereta bisa ditingkatkan menjadi 160 km/jam dari yang saat ini maksimal hanya 90 km/jam.
“Yang akan dibangun ini sebenarnya hanya merevitalisasi jalur double track yang sekarang kapasitasnya hanya 90 km/jam. Dalam perkembangannya ada hitungan efisiensi. Sementara dalam prosesnya operasional kereta tidak boleh berhenti. Makanya harus buat dulu temporary track. Tapi kan sama saja bangun track baru juga. Makanya kita mau bangun jalur khusus. Jakarta-Surabaya waktunya 5,5 jam. Maksimal kecepatan 160 km/jam,” jelasnya.
Zulfikri mengungkap, sebagai tahap awal, jalur yang akan dibangun adalah jalur Jakarta-Semarang. Kemudian untuk tahap berikutnya yaitu Semarang-Surabaya.
“Investasinya belum sepakat. Kita tetap minta industri lokal INKA bisa masuk. Kemampuan kontraktor lokal kita dimaksimalkan, juga lokal konten kita,” tuturnya.
“Diharapkan selesai FS akhir 2020. Konstruksi 2021, dan elesainya 2-3 tahun kedepan,” imbuhnya.
Meski demikian, Zulfikri memastikan bahwa proyek itu bisa saja dibatalkan jika hasil FS menemukan bahwa proyek itu tidak efisien dari sisi anggaran.
“Mei 2020 akan diputuskan lagi sama pemerintah, lanjut apa enggak. harusnya pasti dibangun, tapi komitmennya seperti apa?,” pungkasnya. (sdk)