Kanal24, Malang – Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB) menjadi tuan rumah Rapat Kerja Nasional (Rakernas) XV Konsorsium Ilmu Biomedik Indonesia (KIBI). Acara ini mengusung tema: “Peningkatan Kualitas Program Studi Ilmu Biomedik dan Kedokteran Melalui Penjaminan Mutu yang Berkesinambungan untuk Mencapai Reputasi Internasional Menyongsong Indonesia Emas 2045.”
Rakernas ini diikuti oleh perwakilan dari 36 program studi S1, S2, dan S3 Ilmu Biomedik dan Kedokteran dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Salah satu fokus utamanya adalah merespons perubahan sistem akreditasi nasional yang mulai berlaku tahun 2025.
Baca juga:
Visiting Profesor, FK UB Kolaborasi Global Hadapi Tantangan Kulit Dunia

Ketua KIBI, Prof. Dr. rer. nat. Dra. Asmarinah, M.S., menjelaskan bahwa sistem akreditasi kini disederhanakan menjadi tiga kategori: unggul, akreditasi, dan tidak terakreditasi. “Penilaiannya tidak lagi berbasis angka, melainkan pada pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan. Ini akan mendorong prodi untuk lebih konsisten menjaga mutu,” katanya.
Perubahan sistem ini juga dikupas secara mendalam oleh dr. Happy Kurnia, M.Kes., dari LAM-PTKes, yang hadir memberikan penjelasan teknis dan pembekalan kepada peserta. Ia menekankan pentingnya penyelarasan antara kurikulum dan dokumen penjaminan mutu.

“Banyak program studi yang masih belum sinkron antara apa yang tertulis dalam borang akreditasi dengan pelaksanaannya di lapangan. Hal ini menjadi tantangan besar dalam proses penilaian,” ujar dr. Happy.
Ia juga menyarankan agar setiap program studi menyiapkan dokumen pendukung secara sistematis dan terintegrasi, agar penilaian berjalan lebih objektif dan kredibel. “LAM-PTKes juga kini melakukan digitalisasi proses akreditasi, sehingga kesiapan dokumen digital menjadi penting,” tambahnya.
Baca juga:
Puluhan Guru Besar FK UB Kritisi Kebijakan Menkes

Dekan FK UB, Dr. dr. Wisnu Barlianto, M.Si.Med, Sp.A(K), menegaskan bahwa Ilmu Biomedik merupakan fondasi penting dalam pengembangan ilmu kedokteran dan kesehatan di Indonesia. Ia menyampaikan harapannya agar KIBI bisa menjadi motor kemandirian bangsa dalam bidang teknologi kesehatan. “Selama ini kita menjadi pasar dari alat kesehatan buatan luar negeri. Kita harus mampu berdiri di atas kaki sendiri,” ujarnya.
Melalui Rakernas ini, KIBI berharap dapat menyamakan persepsi antarprogram studi dan menjalin sinergi untuk menyongsong era baru penjaminan mutu yang tidak hanya nasional, tetapi juga mampu menjawab tantangan global. (din/nid)