KANAL24, Jakarta – Sebagai bagian dari upaya pemerintah dan inisiatif ke arah industri penerbangan yang lebih sehat, Kementerian Perhubungan merilis Peraturan Menhub No 20 Tahun 2019.
Peraturan Menhub tersebut menyatakan tentang Prosedur dan Penyusunan Perhitungan Batas Tarif Penumpang Kelas Ekonomi pada angkutan udara niaga domestik berjadwal. Penyesuaian tarif ini menguntungkan industri dan juga PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), demikian menurut penilaian Tim Analis Indo Premier Sekuritas.
Strategi tarif GIAA berada di atas ketentuan batas tarif. Tiket GIAA lebih tinggi 85 persen dari batas tarif (dari sebelumnya 75 persen). Sementara Citilink sebesar 70 persen dari sebelumnya 30 persen.
Sebagai akibat penyesuian tarif ini, volume penumpang baik industri maupun GIAA pada proyeksi tahun 2019 turun sekitar 20 persen. Sedangkan profitabilitas menguat karena tarif naik. Secara industri, juta terjadi penurunan pertumbuhan volume penumpang pasca penyesuaian tarif.
Bisnis Cargo
Seiring berkembangnya e-commerce, Garuda dengan posisi mereka dapat menangkap pertumbuhan fenomena ekonomi baru ini yang sedang tumbuh pesat. Logistik adalah penting bagi pertumbuhan e-commerce.
Tim Analis Indo Premier menilai, Garuda dapat menjadi penghubung pengiriman melalui jalur penerbangan. Mereka dapat berinisiatif menjalin kolaborasi dengan perusahaan logistik. Cargo merupakan fokus lini bisnis mereka untuk tumbuh.
“Cargo menolong Garuda meningkatkan marjin sehingga marjin laba bersihnya dalam kisaran 12-15 persen. “Ini merupakan penyeimbang divisi usaha angkutan penumpang yang mana secara alamiah bermarjin rendah sekitar 5 persen,” tambah Tim tersebut.
Pecah Kongsi
Di sisi lain keputusan Sriwijaya Air mengakhiri kerja sama operasi dengan Garuda Group tentu dalam hal tertentu akan berdampak terhadap Garuda. Namun hal tersebut akan normal kembali.
Risiko lain adalah risiko penurunan nilai piutang dagang. Seperti diketahui Sriwijaya Air menggunakan GMFI(anak usaha GIAA) sebagai penyedia layanan pemeliharaan dan perbaikan pesawat.
Potensi Penguatan
Penerbagan internasional masih seret kontribusinya terhadap profitabiltias GIAA. Jika hal tersebut dikoreksi, akan menjadi positif. Angkutan domestik tumbuh.
Selain itu pangsa pasar meningkat dan mampu menciptakan efisiensi avtur yang lebih baik.
Indo Premier melalui Tim Analisnya tersebut menilai rentang P/E sektor penerbangan antara 10-15 kali. Target laba bersih GIAA tahun 2019 akan menjadi sekitar USD100-210 juta. Oleh karena itu valuasi target akan di rentang Rp550-Rp700 per saham. (sdk)