oleh | Akhmad Muwafik Saleh
Alquran sebagai sumber utama (mashadir al ahkam) dalam mengkaji seluruh kajian profetik, banyak sekali dalam menawarkan berbagai konsep kehidupan termasuk pula yang kemudian menjadi inspirasi dalam menghasilkan ilmu pengetahuan. Demikian pula dalam menghasilkan suatu kajian komunikasi profetik ini. Kajian profetik merupakan suatu sudut pandang, pendekatan atau perspektif dalam melihat berbagai fenomena kehidupan yang terjadi. Dalam memotret suatu kehidupan, alquran telah menitipkan berbagai inspirasi ilmu pengetahuan melalui berbagai teks yang ada dalam banyak ayatnya.
Alquran terdiri dari tidak kurang 6000 ayat. Namun ada juga yang mengatakan tidak lebih dari 6 ribu ayat. Ada yang mengatakan, 6204 ayat. Ada yang mengatakan, 6014 ayat. Ada juga yang mengatakan, 6219 ayat. Ada yang mengatakan, 6225 atau 6226 ayat. Dan ada yang mengatakan, 6236 ayat. Pendapat terakhir ini disampaikan oleh Abu Amr ad-Dani dalam kitab al-Bayan. Sebagaimana yang disebutkan di dalam tafsir ibnu Katsir. Perbedaan ini karena perbedaan titik awal atau akhir suatu ayat dan juga perbedaan peletakan basmalah (apakah masuk sebagai ayat atau bukan). Namun terlepas dari perbedaan jumlah itu, bahwa alquran telah menjadi dasar utama dalam mengkaji berbagai fenomena yang terjadi dalam kehidupan dan menyingkap berbagai rahasinya yang Allah swt titipkan dalam setiap teks-teks ayatnya, sehingga melahirkan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi perkembangan kehidupan manusia hingga seperti sekarang ini.
Salah satu dari teks alquran yang unik dan menarik untuk dikaji adalah bahwa Allah swt menggunakan kata jannaatin (جنت) jamak dari الجنة yang artinya kebun untuk menjelaskan tentang berbagai realitas lingkungan yang indah, asri, nyaman dan menyenangkan. Hal yang sama juga diartikan dengan surga yaitu tempat dimana semua keindahan, kenikmatan dan kenyamanan, sebagai tempat abadi yang penuh dengan kebaikan ynng berada di kampung akhirat sebagai imbalan atas perbuatan baik yang dilakukan oleh manusia selama hidup di dunia.
Penggunaan kata jannaatin dipergunakan secara acak oleh Allah swt untuk menjelaskan tempat yang nyaman dan indah baik di dunia atau pun di akhirat. Jika di dunia maka itu digambarkan sebagai kebun yang tertata secara apik, nyaman dipandang, penuh buah-buahan, mengalir sungai-sungai yang indah, tata irigasi yang sangat bagus. intinya adalah kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan dan keberkahan. Sebagaimana termaktub dalam berbagai teks sumber wahyu.
وَنَزَّلۡنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ مُّبَٰرَكٗا فَأَنۢبَتۡنَا بِهِۦ جَنَّٰتٖ وَحَبَّ ٱلۡحَصِيدِ
Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah lalu Kami tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat dipanen. (QS. Qaf, Ayat 9)
وَجَعَلۡنَا فِيهَا جَنَّٰتٖ مِّن نَّخِيلٖ وَأَعۡنَٰبٖ وَفَجَّرۡنَا فِيهَا مِنَ ٱلۡعُيُونِ
Dan Kami jadikan padanya di bumi itu kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air, (QS.Ya-Sin, Ayat 34)
لَقَدۡ كَانَ لِسَبَإٖ فِي مَسۡكَنِهِمۡ ءَايَةٞۖ جَنَّتَانِ عَن يَمِينٖ وَشِمَالٖۖ كُلُواْ مِن رِّزۡقِ رَبِّكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لَهُۥۚ بَلۡدَةٞ طَيِّبَةٞ وَرَبٌّ غَفُورٞ
Sungguh, bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan), “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.” (QS. Saba’, Ayat 15).
Sementara jika kata jannah ini berkaitan dengan balasan bagi setiap pelaku kebaikan di kehidupan akhirat kelak, maka ia bermakna surga yang digambarkan dengan kehidupan yang sangat indah. Sekalipun surga adalah suatu tempat yang tidak dapat dibayangkan keindahannya. Ia adalah keindahan puncak yang mata manusia belum pernah melihat dan merasakannya (maa laa ‘ainun ra-at).
وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ كُلَّمَا رُزِقُواْ مِنۡهَا مِن ثَمَرَةٖ رِّزۡقٗا قَالُواْ هَٰذَا ٱلَّذِي رُزِقۡنَا مِن قَبۡلُۖ وَأُتُواْ بِهِۦ مُتَشَٰبِهٗاۖ وَلَهُمۡ فِيهَآ أَزۡوَٰجٞ مُّطَهَّرَةٞۖ وَهُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ
Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, bahwa untuk mereka (disediakan) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dari surga, mereka berkata, “Inilah rezeki yang diberikan kepada kami dahulu.” Mereka telah diberi (buah-buahan) yang serupa. Dan di sana mereka (memperoleh) pasangan-pasangan yang suci. Mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-Baqarah, Ayat 25)
Apabila kita buka berbagai lembaran sejarah bahwa betapa kata jannah ini (baik yang bermakna kebun maupun surga) telah menjadi inspirasi bagi para arsitektur muslim dalam menghasilkan banyak karya seni baik ukiran pada dinding maupun arsitektur taman yang sangat indah. Sebagaimana tampak pada beberapa arsitektur bangunan masjid di berbagai negeri muslim atau taman-taman kerajaan, misal taman al hamra di andalusia, spanyol yang masih tetap terjaga hingga sekarang, yang pada saat itu berada di bawah kekuasaan daulah Umayyah.
Kata jannaatin sering kali disebut dalam posisi i’rob jar dalam alquran yang memberikan kesan feminim. Hal ini sepertinya korelatif dengan kesan keindahan dan kenyamanan. Sehingga kata jannaatin dalam alquran ini telah menjadi inspirasi bagi kalangan cendekiawan dan para arsitektur dalam menghasilkan karya baik interior maupun eksterior. Penataan taman dan kebun yang indah lagi nyaman untuk ditinggali dan kemudian menjadi ruang terbuka bagi publik untuk melangsungkan berbagai interaksi dan realitas komunikasinya. Artinya penataan taman (eksterior) maupun penataan ruang interior adalah bagian dari sebuah fenomena komunikasi. Bagaimana suatu tempat atau ruang yang ditata dengan apik, asri, indah akan membuat orang merasa nyaman dalam berinteraksi atau menjadi betah di dalam rumah karena ruangan yang tertata dengan apik. Penataan taman (kebun) ataupun ruangan interior adalah salah satu cara dalam mengelola perasaan manusia untuk dapat berkomunikasi dengan baik.
Bahkan dalam berbagai kasus, suatu tempat atau ruangan yang tidak tertata dengan baik, berantakan, kacau, kotor dan sebagainya dapat memicu lahirnya konflik dalam hubungan kemanusiaan, kekerasan pertengkaran, perkelahian dan berbagai konflik lainnya baik dalam keluarga maupun hubungan sosial kemasyarakatan. Artinya penataan tempat adalah bagian dari penciptaan atmosfer komunikasi melalui suasana lingkungan yang nyaman, sehingga membuat orang yang berinteraksi di dalamnya berada dalam suasana psikologis yang baik dan nyaman pula. Suasana yang demikian adalah menjadi modal dasar dalam mewujudkan realitas komunikasi yang baik serta menjadi jalan atas solusi dari berbagai persoalan pribadi (intrapersonal) atau antar pribadi yang dihadapi. Sebagaimana ditemukan dalam realitas bahwa taman-taman yang tertata dengan apik selalu menjadi tempat berkumpulnya individu, keluarga dan masyarakat untuk menjalin atau membangun hubungan komunikasi yang lebih baik di antara mereka. Artinya penataan taman yang indah mampu menjadi public space (ruang publik) untuk saling menguatkan dan merekatkan hubungan antar individu.
Suasana lingkungan yang nyaman adalah pesan implisit dari kata jannatin sebagaimana yang disebutkan dalam teks sumber wahyu, dan ini merupakan pesan ilahiyah kepada ummat manusia agar mampu menciptakan psikologi lingkungan yang positif layaknya “surga” sehingga mampu membangun atmosfer komunikasi manusia yang baik menuju terciptanya realitas komunikasi yang harmonis.
Penulis KH Akhmad Muwafik Saleh Pengasuh Pesma Tanwirul Afkar dan Dosen FISIP UB