oleh | Akhmad Muwafik Saleh
Praktik komunikasi pelayanan publik dalam perspektif profetik dibangun atas suatu motiv untuk memberikan jejak kemanfaatan bagi orang lain melalui pelayanan dalam rangka memenuhi kebutuhan sosial kewarganegaraan. Dalam membangun landasan geraknya perspektif profetik menjadikan sumber wahyu sebagai dasar inspirasi nilai yang melandasi pola pikir dan pola gerak dari para petugas atau pelaku pelayanan publik khususnya.dalam merespon setiap publik yang berinteraksi dalam kegiatan pelayanan tersebut.
Salah satu nilai inspirasi sumber wahyu yang menjadi dasar pijakan dalam bertindak dibidang komumikasi pelayanan adalah sebagaimana Firman Allah swt :
دَعۡوَىٰهُمۡ فِيهَا سُبۡحَٰنَكَ ٱللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمۡ فِيهَا سَلَٰمٞۚ وَءَاخِرُ دَعۡوَىٰهُمۡ أَنِ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
Doa mereka di dalamnya ialah, “Subhanakallahumma” (Mahasuci Engkau, ya Tuhan kami), dan salam penghormatan mereka ialah, “Salam” (salam sejahtera). Dan penutup doa mereka ialah, “Al-Hamdu lillahi Rabbil ‘alamin” (segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam). (QS. Yunus, Ayat 10)
Ayat ini memberikan sebuah inspirasi bagi praktik komunikasi pelayanan publik bahwa dasar motiv utama dalam pelaksanaan pelayanan publik adalah dalam rangka mensucikan Allah swt. Artinya bahwa landasan utamanya adalah pengabdian atau ibadah. Suatu motiv kerja tertinggi yang menjadikan nilai spiritualitas sebagai dasar dalam menggerakkan semua aktifitasnya. Tindakan yang dilandasi atas nilai ketuhanan berarti menjadikan sifat-sifat ketuhanan sebagai dasar perwujudkan tindakan dalam melayani orang lain. Sehingga seorang petugas layanan akan menjadikan nilai kasih sayang sebagai dasar dari seluruh tindakan pelayanannya. Karena Allah swt adalah memiliki sifat kasih sayang (arrahman arrahim). Sehingga petugas layanan akan mencurahkan segala pikiran dan tindakan pelayanannya secara penuh kepedulian dengan mengkreasikan berbagai program praktik baik (best practice) karena merasa dilandasi oleh semangat ar rahman arrahim itu.
Selanjutnya salam penghormatan mereka adalah “salam” (salam sejahtera). Dalam konteks komunikasi pelayanan publik, Ayat ini seakan mengajarkan pentingnya sebuah greting di awal pelayanan untuk memberikan salam perkenalan yang menandakan adanya kesediaan untuk berkomunikasi dengan penuh antusiasme. Salah satu sifat manusia adalah senang manakala dihargai dan senang terhadap orang yang ramah. Greeting di awal pelayanan juga memberikan kesan atas kesediaan menerima orang lain dengan keramahan, penuh antusias, senyum kenyamanan. Hal ini juga memberikan dampak bahagia, senang dan merasa dihormati dan dianggap ada atas keberadaannya. Ini adalah suatu tindakan komunikasi pelayanan yang sangat baik dalam memberikan penghormatan bagi orang lain. Greeting salam diawal perjumpaan memberikan kesan perhormatan dan menyampaikan pesan bahwa petugas pelayanan bersedia melayani para pelanggan dengan baik bahkan secara memuaskan. Serta memberikan ruang proses yang nyaman bagi publik yang dilayani dalam setiap tahapannya pelayanannya dengan segala kreatifitas dan inovasi. Inilah ajaran ilahiyah atas pentingnya greeting di awal pelayanan.
Kemudian diakhir pelayanan, konsepsi profetik juga mengajarkan pentingnya greeting penutup berupa ucapan salam terima kasih kepada publik atas kesediaan berinteraksi dengan lembaga layanan. Hal ini terungkap dalam ayat tersebut diatas dengan ungkapan ” wa aakhiru da’waahum anil hamdu lillahi rabbil aalamiin”. Ayat ini seakan memberikan sebuah pelajaran tentang perlunya setiap petugas layanan untuk mengucapkan terima kasih kepada semua yang dilayani. Ucapan terima kasih secara verbal akan berdampak terhadap terciptanya perasaan senang dan nyaman karena merasa dihargai serta kemudian menciptakan persepsi dan citra yang baik atas lembaga layanan tersebut dan kepuasan layanan yang mendorong orang lain untuk bersedia kembali lagi, dengan kata lain akan melahirkan loyalitas dari para pelanggan atas lembaga tersebut. Ucapan terima kasih diakhir layanan mungkin terkesan sederhana, namun hal ini adalah pemenuhan sifat dasar manusia yang paling mendalam berupa rasa dihargai dan dimuliakan sehingga berdampak pada loyalitas. Sementara loyalitas adalah puncak dari setiap pola hubungan yang diharapkan oleh setiap lembaga layanan.
Alquran mengajarkan greeting dalam pelayanan sekalipun seakan sederhana namun hal ini adalah pemenuhan atas sifat dasar manusia yang paling mendasar. Sehingga manakala sifat dasar ini terpenuhi maka akan berdampak pada keberlanjutan keberadaan lembaga serta munculnya persepsi positif dan tentu kemenangan dalam sebuah reputasi. Pesan pentingnya adalah hargai setiap orang dalam pelayanan kita karena menghormati orang dalam komunikasi pelayanan akan mampu memanusiakan manusia.
Penulis KH Akhmad Muwafik Saleh Pengasuh Pesma Tanwirul Afkar dan Dosen FISIP UB