KANAL24, Jakarta – Produksi minyak dan gas Indonesia diperkirakan akan mengalami kontraksi selama empat tahun berturut-turut pada tahun 2020. Penuaan ladang-ladang minyak dan penundaan proyek-proyek baru akan membatasi tingkat produksi sehingga tetap di bawah target pemerintah.
Tren penurunan output migas diperkirakan akan tetap berlangsung, meskipun pemerintah berupaya menerapkan undang-undang baru yang bertujuan untuk mengurangi birokrasi dan menarik investasi asing ke dalam industri. Para analis mengatakan, perlu waktu bertahun-tahun untuk meningkatkan eksplorasi dan produksi energi di Indonesia.
Dari reuters di laporkan produksi minyak mentah Indonesia telah menurun selama bertahun-tahun. Dari posisi tertinggi lebih dari 1,5 juta barel per hari (bph) pada pertengahan 1990-an, saat ini produksi migas sudah di bawah 800.000 bph, seiring mengeringnya produksi di ladang-ladang utama.
Output minyak pada tahun 2019 hanya mencapai 3,7% di bawah target, sementara output gas turun 15,2% di bawah target. “Kami memperkirakan penurunan 6% minyak, dan penurunan 2% output gas untuk tahun 2020,” kata Andrew Harwood, direktur riset Wood Mackenzie untuk produksi hulu minyak dan gas di Asia Pasifik.
“Setiap peningkatan dari proyek-proyek baru akan diimbangi dengan penurunan produksi di Rokan PSC Chevron, blok Mahakam Pertamina, dan operasi Pertamina yang lebih luas di Jawa dan Sumatra,” imbuh Harwood, Senin (24/2/2020).
Pertamina akan mengambil alih blok Rokan dari Chevron tahun depan, tetapi produksi minyak Indonesia “akan terus menurun sampai Pertamina melakukan pengeboran lebih lanjut di blok itu,” kata analis Rystad Energy, Prateek Pandey.
“Mengingat outlook yang kurang menggembirakan ini, sangat penting bagi produksi minyak dan gas Indonesia jika Pertamina mengurangi rintangan yang telah lama menunda banyak proyeknya, dan menerapkan teknologi terbaru pemulihan peningkatan produksi minyak di ladang-ladang yang sudah tua,” Pandey menambahkan.
Satu-satunya proyek yang menjanjikan yang mulai beroperasi tahun ini adalah pengembangan gas Eni Merakes. Para analis memperkirakan proyek tersebut dapat menghasilkan 60.000 barel produksi setara minyak per hari segera setelah mencapai kapasitas penuh – setidaknya satu tahun lagi.
Bahkan jika ada proyek baru yang mendapatkan izin produksi, bisa memakan waktu bertahun-tahun untuk diwujudkan karena kekhawatiran investor yang masih tersisa tentang nasionalisme sumber daya di Indonesia. “Saya tidak tahu apa yang akan terjadi dalam lima tahun dari sekarang, atau tiga tahun dari sekarang ketika kampanye untuk pemilihan presiden berikutnya dimulai lagi,” kata Harwood. (sdk)