Salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah kemampuan membaca masa depan, baik yang bersifat prediktif atas analisa situasi terkait tantangan dan ancaman. Kemampuan ini penting guna memastikan bahwa negara kesatuan tetap terjaga dengan baik dalam menghadapi berbagai tantangan dan ancaman baik dari internal maupun eksternal.
Sebagai negara kepulauan (nuswantara) potensi disintegrasi amatlah besar karena faktor jarak yang dipisah oleh lautan dan keragaman suku dengan bahasa dan budaya etnis yang berbeda. Pemahaman atas adanya krisis dan dampak yang berkemungkinan akan terjadi sangat membantu dalam upaya menyusun strategi dan pendekatan dalam proses penyelesaian masalah. Tidaklah cukup krisis yang sedang dihadapi ditanggapi dengan ketawa dan senyuman serta pembiaran dengan alasan kebanyakan masyarakat Indonesia memiliki memory jangka pendek, yang mudah melupakan masalah serta akan mudah berbalik mendukung manakala disuguhi sensasi materi dan tumpukan pengalihan isu.
Jika kemampuan membaca krisis ini tidak dapat dikelola dengan baik serta kesadaran sense of crisis yang rendah dari seorang pemimpin tentu akan dapat mengancam bagi kesatuan (unity) kebangsaan ini yang akan merusak harmonisasi hubungan sosial dari hubungan antar anak bangsa hingga munculnya peluang disintegrasi, yang kemudian berujung pada intervensi dan penguasaan bangsa lain atas negeri ini.
Lemahnya sense of crisis pimpinan tampak pada pembiaran atas berbagai kasus yang melanda negeri ini. Banyaknya pertikaian antar kelompok masyarakat, persekusi atas berbagai kegiatan pengajian oleh kelompok yang berbeda pandangan, adanya desakan referendum beberapa daerah di Indonesia atas perlakuan ketidakadilan ataupun rasis, perasaan kecewa atas anggapan kecurangan, pembiaran atas banyaknya korban meninggal saat pesta demokrasi, perlakuan ketidakadilan sebab perbedaan pandangan politik dan sebagainya adalah sederetan persoalan yang menunjukkan atas lemahnya sense of crisis kepemimpinan.
Krisis ini semakin menjadi manakala perhatian atas berbagai kasus itu hanya berbalas gelak tawa saat menonton pertunjukan, makan bersama, dan beragam sikap santai lainnya yang seakan menganggap tidak terjadi apa-apa atas negeri ini. Kesemua itu semakin menambah deretan sikap ketidakpedulian atas berbagai kasus yang melanda sekaligus wujud nyata adanya krisis atas ketiadaan sense of crisis kepemimpinan di negeri ini.
Lemahnya sense of crisis ini disebabkan oleh faktor lemahnya kepemimpinan yang tampak dalam ketidaktegasan dalam mengambil keputusan. Sementara dalam hidup berlaku prinsip ‘siapa berani maka yang lain akan takut’. Sehingga jika seorang pemimpin berani mengambil keputusan maka tentu akan meresonansikan keberanian itu pada rakyatnya yang mampu menciutkan nyali dari siapapun yang ingin mengacau dan mengganggu kedaulatan negeri. Benarlah apa yang dikatakan oleh Napoleon Bonaparte, “If you bild an army of 100 lions and their leader is a dog, in any fight, the lions will die like a dog. But if you bild an army of 100 dogs and their leader is a lion, all dogs will fight like a lion”.
Pada pemimpin yang tidak kompeten maka hanya akan melahirkan kebingungan bertindak dari seluruh anak buah yang dipimpinnya tentang bagaimana harus mensikapi suatu realitas bahkan pula akan melahirkan kegamangan bersikap dari para penegak hukumnya dikala ada kelompok pengacau yang ingin merusak ketentraman dan kesatuan berbangsa.
Lemahnya sense of crisis akan berakibat pada hilangnya kemuliaan dan kewibawaan sebagai sebuah bangsa sebab para pemimpinnya tidak lagi peduli atas nasib bangsanya dan nilai-nilai yang diyakini oleh mayoritas anak bangsanya dan mereka lebih memilih untuk berpaling dan menjauh dari nilai-nilai itu lalu kemudian menggadaikannya pada bangsa lain untuk kepentingan materi. Sehingga lengkaplah penderitaan bangsa ini karena perilaku pimpinannya. Namun demikianlah bahwa kepemimpinan sejatinya adalah wujud nyata dari perilaku kebanyakan rakyatnya. Sebagaimana disebut dalam hadist nabi :
كما تكونوا يولي عليكم
Sebagaimana keadaan kalian maka demikianlah kalian akan diberi kepemimpinan.
Semoga negeri ini diselamatkan dari keterpurukan dan para pemimpinnya semoga segera diingatkan oleh Allah swt untuk bersedia kembali ke jalan-Nya. Agar negeri amanat para wali ini dapat kembali jaya dan disegani. Aamiiin…
KH. Akhmad Muwafik Saleh dosen FISIP UB, penulis produktif, pengasuh pondok pesantren mahasiswa Tanwir al Afkar