Oleh : Dr. Akhmad Muwafik Saleh, .M.Si.*
Di saat Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyampaikan informasi kepada kita bahwa manusia yang terbaik adalah dia yang mampu melakukan tindakan-tindakan terbaik di saat dia menghadapi masalah. Sudah Tidak diragukan lagi bahwa hidup adalah masalah. Manusia hidup di muka bumi tentu dihadapkan pada beragam masalah. Namun, bukan keberadaan masalah yang menjadi masalah dalam hidup, melainkan bagaimana sikap kita di dalam menghadapi setiap masalah.
Ada orang yang menghadapi masalah dengan tenang, ada pula orang yang menghadapi masalah dengan penuh kegelisahan, bahkan ada orang yang menghadapi masalah dengan keterputus-asaan. Setiap orang memiliki karakternya masing-masing dalam mensikapi masalah. Karena itulah Allah memberikan isyarat kepada kita bahwa seseorang yang terbaik adalah yang manakala dihadapkan pada suatu masalah, dia mampu mengambil tindakan yang terbaik (Ahsanu Amalaa),
{ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗاۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ
Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun. [Surat Al-Mulk: 2]
Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan isyarat dalam firmanNya ini bahwa ada tipologi orang yang sangat yakin dalam menghadapi masalah bahkan hingga terlalu percaya diri dan sombong sehingga Allah menutup ayat tersebut dengan sifatnya Al Aziz (Maha Perkasa)
Ada kalanya pula seseorang di saat menghadapi masalah dengan penuh keterputusan, yang hal demikian dilarang oleh Allah. sehingga Allah menutup ayat ini dengan sifatnya Al Ghofur (Maha Pengampun)
Suatu tindakan adalah hasil formulasi konsep dan pemahaman yang terakumulasi dalam pikiran dan kemudian tindakan. Bukan suatu aktivitas yang lahir secara tiba-tiba, melainkan ia dibangun oleh preferensi informasi, pengalaman atau maklumat sabiqoh yang membangun konstruksi berpikirnya, yang kemudian menggerakkan pada sebuah pilihan sikap menjadi suatu tindakan.
Seseorang yang terbaik disaat dihadapkan pada satu masalah, tentulah dia memiliki beragam konsep pemahaman tentang apa itu “masalah” dan bagaimana masalah harus dihadapi. Konsep yang terbaik untuk menghadapi masalah tentu pasti bersumber dari Dia Dzat yang mencipta masalah dan sekaligus memberikan jalan keluar atas masalah, Dialah Allah . Dan bukan melalui konsep-konsep hasil perenungan pemikiran manusia yang penuh kelemahan yang menjadi tempat dari setiap masalah itu sendiri.
Lalu bagaimana konsepsi yang Allah sampaikan kepada kita tentang bagaimana harusnya manusia dalam menghadapi masalah ? Terdapat beberapa konsepsi yang patut kita renungkan dan apabila kita pahami dengan baik dan kita jadikan pegangan bersikap dalam menghadapi masalah, maka dengan izin Allah akan selesai masalah kita.
Pertama, setiap masalah adalah hanyalah kuasa Allah semata. Masalah adalah ketetapan takdir Allah. Disaat Allah menetapkan takdirnya maka itu pasti yang terbaik menurut Allah untuk hambanya, bukan menurut manusia. Sementara Allah adalah Maha Kasih sayang, sehingga dengan sifat kasih sayangnya maka pastilah bahwa setiap ketetapan Allah adalah sebagai wujud kasih sayangNya.
Pertanyaanya, bahwa Allah memiliki beragam sifat namun mengapa sifat Ar-Rahman Ar-Rahim yang dibersamai oleh Allah untuk setiap tindakan kita. Coba perhatikan dengan baik disaat Allah mengatakan bahwa tidaklah diterima suatu tindakan kecuali dengan mengucapkan Bismillahirrohmanirrohim, lalu apa artinya ? Berikut adalah hadits yang dimaksud tentang persoalan ini:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «كُلُّ أَمْرٍ ذِي بَالٍ لَا يُبْدَأُ فِيهِ بِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ أَقْطَعُ
Dari Abu Hurairah radhiya-‘Llahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah shalla-‘Llahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Setiap perkara penting yang tidak diawali dengan Bismillaahirrahmaanirrahiim maka perbuatan
tersebut akan terputus (dari Rahmat Allah)”.
Tidakkah Kita Renungkan hal ini? Bagaimana kalimat Basmalah ini diletakkan oleh Allah sebagai kalimat yang membersamai setiap tindakan, artinya seluruh tindakan kita di bingkai melalui kalimat ini, sementara dalam kalimat Basmalah ada sifat Allah yaitu ar-rahman ar-rahim, belas kasih. Mengapa pilihan sifat ini yang dipergunakan untuk membersamai tindakan ? Tidakkah ada satu pesan penting bahwa setiap dampak dari tindakan yaitu peristiwa apapun, baik positif ataukah negatif, sejatinya berada dalam bingkai Rahman Rahim, kasih sayangnya Allah kepada kita. sehingga setiap peristiwa yang terjadi, baik ataupun buruk, menyenangkan ataupun sedih yang terjadi pada diri kita (sebagai dampak akibat dari sebuah tindakan), maka sejatinya adalah kasih sayang Allah ?
Kedua, sebagai konsekuensi dari rasa kasih sayang itu, maka Allah mengatakan bahwa setiap masalah yang Allah titipkan pada diri seseorang selama dalam perjalanan hidupnya, sesungguhnya telah ditakar oleh Allah, telah disesuaikan dengan kemampuan diri kita. Sebagaimana Firman Allah swt :
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Surat Al-Baqarah: 286]
Hal demikian karena Allah memiliki sifat Maha Adil maka tidak mungkin dengan keadilan Allah itu, lalu Allah letakkan pada manusia sesuatu yang dia tidak mampu untuk menghadapinya dan mendapatkan solusinya.
Ketiga, setiap aasalah yang hadir sejatinya adalah cara Allah untuk menaikkan level kita. Allah berfirman :
{ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗاۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ }
Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun. (Surat Al-Mulk: 2]
Dalam Firman Allah ini setelah menjelaskan tentang kematian dan kehidupan yang dijadikan sebagai medan ujian, kemudian Allah menyatakan bahwa sesungguhnya demikian itu untuk mengetahui siapa manusia yang terbaik amalnya, “ahsanu amalaan“.
Pesan yang tersirat dari Firman Allah ini bahwa kalaupun pada saat manusia mendapatkan masalah kemudian dia berupaya dan jika belum juga mendapatkan solusi, maka bukan berarti bahwa masalah itu tidak sesuai dengan kemampuan dirinya, melainkan bisa jadi Allah sedang Ingin menguji diri kita untuk memantaskan diri kita pada satu level yang diharapkan solusinya sesuai dengan kapasitasnya. Artinya di saat solusi belum ditemukan maka Allah sedang ingin mengatakan bahwa naikkan level kualitasmu. Sebab tidaklah mungkin seseorang yang sedang belajar atau bersekolah akan naik kelas apabila jika dia dapat melewati masa ujian terlebih dahulu dengan nilai yang sesuai dengan setiap batas levelnya.
Sehingga disaat ada masalah yang menimpa pada diri kita, sejatinya Allah sedang Ingin dan berencana untuk menaikkan level kualitas diri kita. Oleh karena itu semakin berat masalah, semakin tinggi level kualitas yang akan dihasilkan. Sebab tidak ada seorang pelaut yang ulung kecuali dia lahir dari ombak yang ganas.
Sehingga apabila kita sedang menghadapi masalah maka berbahagialah, karena inilah cara Allah untuk memberikan kesempatan kepada diri kita untuk menaikkan level kualitas diri kita. Namun sayangnya tidak semua orang memahami konsepsi ini.
Keempat, karena sifat kasih sayangNya itu, Allah yang Maha Mengetahui, yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu memberikan arahan kepada kita bahwa segala apapun yang Allah tetapkan termasuk masalah yang tertimpa pada diri kita sejatinya Allah-lah yang lebih tahu atas apa dan bagaimana ke depannya atas diri kita. Karena itulah Allah mengatakan bahwa boleh jadi kamu tidak suka atas sesuatu tapi bisa jadi itulah sesungguhnya yang terbaik untuk kita menurut Allah. Sebaliknya jika kita menginginkan sesuatu tapi itu sebenarnya hal itu tidak baik menurut Allah untuk kita.
{ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلۡقِتَالُ وَهُوَ كُرۡهٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ }
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Surat Al-Baqarah: 216]
Demikianlah hakekat konsepsi taqdir yang dijelaskan oleh Rasulullah saw sebagai jawaban atas pertanyaan malaikat jibril saat ditanya apakah itu iman. Nabi Muhammad menjawab bahwa baik buruk adalah dari Allah, ketetapan Allah SWT ( الخير ولشر من الله تعالي)
Kelima , bahwa di balik setiap masalah, Allah SWT selalu memberikan ruang hikmah. Tidakkah kita dengan cerdas merenungkan apa yang disampaikan oleh Allah di saat memberikan penguatan tentang masalah yang dihadapi manusia melalui FirmaNya,
فَإِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرًا . إِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرٗا
Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan,sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. [Surat Al-Insyirah: 5-6]
Ayat ini diulang dua kali oleh Allah secara berurutan, bahkan diberi huruf penguat yaitu Inna semua itu tidak ada lain kecuali Allah ingin benar-benar meyakinkan kepada kita bahwa masalah yang dihadapi oleh kita ada jalan keluarnya ada kemudahan yang disediakan, ada hikmah dibalik semua masalah itu. Tidakkah kita menyadarinya ? Bahkan dalam satu masalah yang kita hadapi, ada dua kemudahan yang disediakan. Sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah dalam sebuah hadits :
لَنْ يَغْلِبَ عُسْرٌ يُسْرَيْنِ”.
“Satu kesulitan tidak akan dapat mengalahkan dua kemudahan“.
Penguatan-penguatan dalam kalimat ini sesungguhnya hanyalah ingin memastikan bahwa seseorang tidak perlu terputus asa, “ngelukro” saat menghadapi masalah.
Keenam, Bahwa orang yang pasrah tawakkal dengan penuh kesabaran dan penerimaan atas taqdir Allah SWT maka Allah akan menggantinya dengan realitas yang lebih baik. Dan sebaik-baik pengganti adalah adanya petunjuk pada hati dengan semakin meningkat kuatnya keimanan seseorang kepada Allah SWT.
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ وَمَن يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ يَهۡدِ قَلۡبَهُۥۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ
Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
[Surat At-Taghabun: 11]
Kesimpulannya bahwa sekalipun Allah memberikan banyak ujian kepada manusia, namun Allah pulalah yang telah menyediakan solusi untuk mereka. Di sinilah hakikatnya Allah menguji siapa diantara manusia yang terbaik amalnya, yang terbaik di dalam menghadapi masalah, yang terbaik dalram menyikapi masalah, sehingga menemukan solusi yang terbaik pula. Wallahu a’lam.
*) Dr. Akhmad Muwafik Saleh, M.Si., Dosen FISIP UB, Pengasuh Pesantren Mahasiswa Tanwir al Afkar Tlogomas Malang.