KANAL24, Malang – Pertambahan penduduk dan meningkatnya pola konsumsi masyarakat merupakan faktor utama yang menyebabkan laju produksi sampah terus meningkat. Indonesia, berdasarkan data The Economist Intelligence Unit tahun 2017, merupakan penyumbang sampah makanan terbesar kedua di dunia dengan setiap individu menyumbang 300 kg sampah. Dengan begitu, limbah pangan merupakan suatu permasalahan sosial yang serius di masyarakat.
Industri HORECA (hotel, resto, dan catering) di Kota Batu, Jawa Timur, berkembang cepat pasca pandemic COVID-19. Hal ini berkorelasi dengan limbah pangan dari sayur dan buah yang dihasilkan semakin berlimpah juga. Jika hal ini tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan timbulnya pencemaran yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Limbah yang berasal dari HORECA dapat digolongkan sebagai limbah domestik atau limbah rumah tangga. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu langkah nyata untuk dapat mengurangi dampak negatif dari limbah tersebut. Sebelum di buang atau di manfaatkan kembali, maka limbah perlu diolah terlebih dahulu. Dalam rangka mengatasi tersebut, maka perlu dikembangkan teknologi pengolahan limbah yang mudah dan tidak berbiaya besar, untuk HORECA kecil, sedang maupun besar.
Permasalahan yang pada pelaku HORECA ini tentulah dapat diberikan solusi dari civitas academica Perguruan Tinggi.
Untuk itu, tim dari lab Biokimia, Departemen Kimia, FMIPA Universitas Brawijaya mengadakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat.
Tim pengabdian masyarakat terdiri atas: Dr. Arie Srihardyastutie, Prof Aulanni’am, Anna Roosdiana, M. App. Sc., dan Anna Safitri, Ph.D.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dalam bentuk FGD pada masyarakat umum, pelaku pada industri HORECA di Kota Malang dan kota Batu, juga kepada pengelola kantin di lingkungan Universitas Brawijaya.
Kegiatan FGD ini bertujuan memberikan pengenalan dan pelatihan kepada peserta tentang pengolahan limbah sayur dan buah menjadi eco enzim, manfaat dan aplikasi eco enzim.
IPTEKS yang diimplementasikan pada masyarakat adalah metode fermentasi melalui pembuatan eco enzim dari limbah sayur dan buah pada industri HORECA. Ecoenzim sering dikenal juga sebagai garbage enzyme yaitu suatu cairan multifungsi yang dihasilkan dari proses fermentasi selama 3 bulan dari campuran air, sumber gula dan bahan organik yang berasal dari limbah sisa kulit buah dan sayuran yang belum diolah dengan perbandingan 10 : 1 : 3
Narasumber pada FGD ini adalah Dr. Arie Srihardyastutie sebagai perwakilan dari tim pengabdian lab Biokimia, Dr. Riyanti Isaskar dari Fakultas Pertanian UB, dan Kepala UPT Pengelolaan Sampah DLH Kota Malang, Mirza Ronald Adisaputra.
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 2023, bertempat di Departemen Kimia, FMIPA UB. Kegiatan dihadiri oleh sebanyak 50 orang peserta yang sangat antusias mengikuti kegiatan, dibuktikan pada sesi diskusi di mana peserta banyak mengajukan pertanyaan dan juga sharing pengalaman pemakaian eco enzim.
Bapak Mirza Ronald mensosialisasikan tentang pengelolaan sampah organik yang bisa dijadikan eco enzim. Ibu Riyanti Isaskar berbicara tentang metode pembuatan eco enzim. Dan ditutup dengan Ibu Arie Srihardyastutie mengemukakan tentang manfaat eco enzim yang sangat beragam mulai dari bidang kesehatan, kecantikan, dan untuk penanganan dan pengelolaan pada limbah pelaku HORECA.
Semoga kegiatan pengabdian masyarakat ini memberikan manfaat, terutama untuk pengelolaan dan penanganan sampah dan limbah organik.(sdk)