KANAL24, Jakarta- PT Indofood Sukses Makmur, Tbk (INDF) membukukan kinerja keuangan kuartal III-2019 (3Q19) yang cukup baik, didukung oleh kenaikan penjualan dan laba, serta perbaikan usaha agribisnis. Tim Riset Indo Premier mempertahankan rekomendasi “buy”
Kajian analis Indo Premier Kevie Aditya dan Elbert Setiadharma memperlihatkan, cukup baiknya kinerja INDF didukung oleh penjualan dan laba INDF 3Q19, yang masing-masing naik 3% dan 13% dibanding tahun lalu (yoy). Peningkatan di divisi agribisnis, yang mencatatkan laba operasional Rp169milyar di 3Q19 (vs kerugian operasional Rp152milyar di 2Q19), juga menopang kinerja INDF, dan diharapkan akan semakin meningkat di 4Q19.
Dengan 11,5 kali rasio harga saham terhadap laba per saham dalam 12 bulan ke depan (12M forward P/E), dan kenaikan harga CPO, “kami pikir INDF adalah alternatif yang menarik untuk ICBP dengan 25,7x 12M forward P/E. Pertahankan Beli,” tulis Kevie dan Elbert, dalam laporannya, Jumat (1/11).
Hingga September 2019 (9M19), INDF mencatatkan kenaikan laba inti sebesar 23,1% yoy menjadi Rp3,5triliun. Nilai tersebut, “di bawah perkiraan kami (sebesar 66%), namun sejalan dengan estimasi konsensus sebesar 75% dari FY19,” ungkap Kevie dan Elbert.
Untuk 3Q19, INDF mampu membukukan pertumbuhan penjualan yang layak (naik 3% yoy, meskipun sedikit lebih lambat dibandingkan dengan 2Q19 yang meningkat 6% yoy). Sementara itu, agribisnis menunjukkan peningkatan laba (alih-alih rugi) cukup besar dibanding kuartal sebelumnya.
Meskipun mencatatkan pertumbuhan penjualan dan laba yang solid, masig-masing 11,2% dan 20,2%, pada pada 9M19 (sejalan), pertumbuhan penjualan yoy
ICBP telah melambat secara signifikan menjadi 6,4% pada 3Q19 (turun 2,0% qoq) dari 13,5% pada 2Q19. “Kita melihat normalisasi pertumbuhan volume pertumbuhan mie, susu, nutrisi dan makanan khusus, serta minuman yang tinggi pada 2Q19,” mereka menambahkan.
Kevie dan Elbert meperkirakan reli harga CPO akan menjadi katalis utama pada 4Q19. Harga CPO telah meningkat sebesar 10,8% pada 3Q19, dan selanjutnya sebesar 16,6% pada Oktober 2019
“Kami percaya ini akan menjadi katalis INDF terbesar di 4Q19, yang akan dapat mengimbangi sebagian normalisasi pertumbuhan di divisi lain,” ungkapnya.
Bisnis agri yang mencatatkan laba usaha Rp169 milyar di 3Q19 (vs rugi usaha Rp152milyar di 2Q19) diperkirakan akan mencatat laba operasional Rp230milyar lagi di 4Q19.
Dengan kesenjangan harga yang tetap tinggi sebesar 55%, “kami mempertahankan rekomendasi Beli.” Namun demikian mereka menyesuaikan perkiraan laba per saham tahun 2019-2021 (EPS FY19-21F) sebesar 6-10%, karena menyelaraskan perkiraan agribisnis dan beban bunga.
“Kami terus memilih INDF dengan preposisi risk-reward yang lebih baikdibanding ICBP.
Dari segi valuasi, INDF saat ini diperdagangkan pada 11,5x 12M forward P/E, atau dengan diskon 55% terhadap ICBP (vs diskon rata-rata 5 tahun sebesar 33%). Oleh karena itu, kami mempertahankan rekomendasi beli dengan sedikit menurunkan target harga (TP) menjadi Rp8.700 (dengan 35% diskon), dengan implikasi 12,9 kali 2020F P/E.” (sdk)