Kanal24 – Pada hari Minggu, 6 November 2022, perwakilan dari berbagai negara mulai berkumpul di kota Sharm El-Sheikh, Mesir. Mereka berkumpul untuk mengikuti konferensi tingkat tinggi Conference of the parties (KTT COP27) untuk membicarakan mengenai isu-isu lingkungan seperti limitasi emisi karbon global dan kerjasama atas aksi-aksi lingkungan.
Dalam konferensi tersebut Wakil Presiden Indonesia, K.H. Ma’ruf Amin mengeluarkan pernyataan mengenai tiga poin penting yang perlu dilakukan oleh negara-negara yang terlibat pada KTT COP27.
Pertama, diharapkan melalui konferensi ini dapat muncul sebuah implementasi nyata dan bukan hanya ajang memajukan ambisi, Poin kedua wapres mengatakan bahwa kesepakatan yang nantinya diambil harus berdasarkan batas kemampuan masing-masing negara. Dengan setiap negara memiliki keunggulan yang berbeda maka semua pihak dapat memberikan peran kontribusi secara maksimal.
“Kita semua harus menjadi bagian dari solusi. Semua negara harus berkontribusi sesuai kapasitas masing-masing, dengan semangat burden sharing bukan burden shifting. Negara yang lebih mampu harus membantu dan memberdayakan negara lainnya,” jelas wapres.
Poin terakhir yang wapres berikan berkaitan mengenai rencana dan langkah Indonesia untuk kedepannya, yaitu upaya transisi energi, pendanaan aksi iklim, dan upaya penurunan emisi.
“Sebagai presidensi G20, Indonesia terus mendorong pemulihan hijau serta aksi iklim yang kuat dan inklusif. Ke depan, melalui keketuaan ASEAN tahun 2023, Indonesia akan terus memberikan perhatian pada penguatan aksi iklim” papar wapres
Selain Wakil Presiden K. H. Ma’ruf Amin, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan juga memberikan keterangan mengenai kesiapan Indonesia dalam transisi menjadi negara dengan ekonomi dan pembangunan hijau.
“Indonesia lebih dari siap untuk mengembangkan ekosistem karbon biru melalui investasi yang komprehensif dengan kemitraan yang efektif dari semua pemangku kepentingan dan mekanisme keuangan yang terpadu,” ujarnya.
Bapak Luhut juga mengajak negara-negara dengan hutan tropis dan lahan basah terluas seperti Brasil dan Republik Demokratik Kongo untuk kolaborasi dalam memperkuat kemitraan untuk menghadapi tantangan iklim dengan mempertimbangkan kesejahteraan lingkungan dan masyarakat.(aan)