Kanal24
No Result
View All Result
  • Berita Terkini
  • Perspektif
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Login
  • Berita Terkini
  • Perspektif
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
No Result
View All Result
Kanal24
No Result
View All Result

Lautan Sedang ‘Stres’ Akibat Perubahan Iklim, Plastik, dan Eksploitasi

Einid Shandy by Einid Shandy
June 12, 2025
in Nasional
0
Lautan Sedang ‘Stres’ Akibat Perubahan Iklim, Plastik, dan Eksploitasi

Lautan Sedang 'Stres' Akibat Perubahan Iklim, Plastik, dan Eksploitasi (Freepik)

3
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Kanal24 – Laut yang luas, selama ini menjadi penjaga kehidupan dan iklim bumi, kini menghadapi tekanan besar akibat ulah manusia. Perubahan iklim, sampah plastik, dan penangkapan ikan yang tidak terkendali telah membawa laut ke ambang krisis. Padahal, lautan memegang peran krusial dalam menyerap karbon dioksida (CO₂), menjaga kestabilan iklim global, dan menjadi sumber kehidupan bagi miliaran manusia.

Berbagai masalah ini menjadi topik utama dalam Konferensi Kelautan PBB (UN Ocean Conference) yang digelar di Nice, Prancis, pada Juni 2025. Pertemuan ini mempertemukan para ilmuwan, pembuat kebijakan, dan pemerhati lingkungan untuk menyelamatkan lautan dari kehancuran permanen.

Baca juga:
Diskon Tiket Pesawat Tak Dongkrak Minat Dadakan

Lautan Menghangat, Kehidupan Bawah Laut Terancam

Pemanasan global menjadi ancaman paling nyata bagi ekosistem laut. Kenaikan suhu laut telah menyebabkan pemutihan terumbu karang secara masif, dan jika suhu naik lebih dari 1,5°C dibanding era pra-industri, hampir semua terumbu karang diperkirakan akan mati. Saat ini, 84% terumbu karang dunia telah terdampak.

“Mulai dari kenaikan 2°C, kehancuran tidak dapat dihindari,” kata Katja Matthes, Kepala Pusat Penelitian GEOMAR di Kiel, Jerman. Air laut yang lebih hangat juga memiliki kandungan oksigen lebih sedikit, mengancam kelangsungan hidup plankton, ikan, dan mamalia laut. Penelitian mencatat pemanasan air laut kini terjadi hingga kedalaman 2.000 meter.

Contoh paling nyata terlihat di Laut Baltik, di mana zona mati terbentuk akibat kekurangan oksigen, membuat kehidupan laut nyaris mustahil berkembang.

Eksploitasi Penangkapan Ikan Rusak Rantai Ekosistem

Selain pemanasan, lautan juga mengalami tekanan dari aktivitas manusia yang berlebihan, terutama dalam penangkapan ikan. WWF mencatat, dalam 50 tahun terakhir, jumlah spesies laut yang ditangkap secara berlebihan meningkat tiga kali lipat.

Di Laut Mediterania, lebih dari 50% sumber daya ikan mengalami eksploitasi berlebih. Jenis ikan yang paling banyak ditangkap adalah ikan haring, sarden, dan teri. Ketimpangan ini merusak rantai makanan dan berdampak pada keberlangsungan spesies predator besar hingga manusia.

Lebih dari 600 juta orang di dunia menggantungkan hidupnya pada laut. Jika rantai ekosistem rusak, sumber pangan dan ekonomi mereka juga terancam.

Ilustrasi sampah di laut (Freepik)

Tahun 2050: Sampah Plastik Lebih Banyak dari Ikan?

Krisis laut juga diperparah oleh sampah plastik. Menurut proyeksi World Resources Institute, pada tahun 2050 berat sampah plastik di lautan bisa melebihi total berat seluruh ikan. Setiap tahunnya, sekitar 8 hingga 10 juta ton plastik baru mencemari lautan.

Sampah plastik ini sangat sulit terurai, bahkan butuh ratusan tahun untuk terdegradasi sepenuhnya. Mikroplastik masuk ke rantai makanan laut, mengancam kehidupan organisme hingga manusia sebagai konsumen akhir.

Pemanasan Laut Picu Perubahan Cuaca Global

Laut tidak hanya penting bagi ekosistem, tetapi juga bagi stabilitas cuaca global. Arus laut seperti Arus Teluk (Gulf Stream) memainkan peran vital dalam mengatur suhu udara, seperti musim monsun di Asia dan iklim sejuk di Eropa.

Namun, penelitian menunjukkan Arus Teluk kini melambat akibat pemanasan laut, yang dapat membuat suhu di Eropa utara turun drastis hingga 15°C. Dampaknya akan terasa di sektor pertanian, pemukiman, hingga distribusi air bersih.

Lautan, Sekutu Terpenting Melawan Perubahan Iklim

Sebanyak sepertiga dari seluruh emisi karbon manusia diserap oleh laut. Tapi, seiring naiknya suhu, kemampuan laut dalam menyerap karbon menurun drastis. Akibatnya, laut menjadi semakin asam, membuat kerang dan karang sulit bertahan.

“Tanpa laut, suhu atmosfer akan jauh lebih tinggi dari sekarang,” tegas Carlos Duarte, peneliti kelautan dari Universitas King Abdullah di Arab Saudi. Namun, lanjutnya, kemampuan laut hanya akan bertahan jika kita menghentikan kerusakan yang sedang berlangsung.

Solusi Global: Konservasi Laut dan Perjanjian Internasional

Berbagai negara telah mencoba menyelamatkan laut melalui kawasan konservasi laut. Di wilayah pesisir Hawaii, misalnya, konservasi melarang aktivitas penangkapan ikan dan pembangunan turbin angin. Namun, saat ini baru 9% lautan dunia yang masuk zona konservasi, dan hanya 3% di antaranya yang menerapkan pembatasan penangkapan ikan.

Sementara itu, perjanjian global untuk menghentikan polusi plastik masih terhambat. Negosiasi PBB sempat gagal akibat penolakan dari negara penghasil minyak seperti Arab Saudi dan Rusia. Putaran negosiasi selanjutnya akan berlangsung di Swiss pada Agustus 2025.

Di sisi lain, ilmuwan Jepang telah mengembangkan plastik alternatif yang larut dalam air laut dalam hitungan jam. Meski menjanjikan, teknologi ini belum bisa menyelesaikan masalah plastik yang telah bertahun-tahun mencemari laut.

Siapa Berhak Mengelola Lautan?

Sekitar 40% wilayah laut berada dalam yurisdiksi nasional, sisanya adalah laut lepas yang selama ini minim regulasi. Eksploitasi besar-besaran pun terjadi tanpa kontrol.

Untuk menutup celah hukum ini, PBB menyusun Konvensi Internasional tentang Laut Lepas. Meski sudah ditandatangani oleh banyak negara pada 2023, perjanjian ini belum berlaku karena baru 31 negara yang meratifikasi dari syarat minimal 60. Negara-negara besar seperti Jerman dan Amerika Serikat belum menandatangani.

Baca juga:
Gag Nikel: Tambang Emas Antam di Raja Ampat

Harapan 2030: Lautan Lebih Terlindungi

Komunitas internasional menargetkan 30% lautan dunia terlindungi pada 2030. Meski ambisius, langkah ini penting agar generasi mendatang tetap dapat mengenal laut seperti yang kita kenal hari ini.

“Jika kita mulai sekarang, pada 2050 kita bisa mewariskan laut yang sehat kepada cucu kita,” tutup Duarte penuh harapan.

Lautan bukan sekadar kumpulan air asin yang luas. Ia adalah jantung kehidupan bumi, pengatur iklim, sumber pangan, dan rumah bagi jutaan spesies. Melindungi laut berarti menyelamatkan masa depan. Kini saatnya dunia bersatu, sebelum terlambat. (nid)

Post Views: 57
Tags: Eksploitasi LautKANAL24kanal24.co.idKehidupan Laut TerancamLautLaut IndonesiaLautan IndonesiaPerubahan IklimSampah Plastikuniversitas brawijaya
Previous Post

Bank Dunia Pangkas Proyeksi Ekonomi Indonesia

Next Post

Sekolah Pemimpin UB : Perkuat Visi, Dorong Transformasi Digital

Einid Shandy

Einid Shandy

Reporter dan penulis Kanal24

Next Post
Sekolah Pemimpin UB : Perkuat Visi, Dorong Transformasi Digital

Sekolah Pemimpin UB : Perkuat Visi, Dorong Transformasi Digital

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Trending
  • Comments
  • Latest

ISLAM DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN

August 4, 2023

Yuk Kenali Istilah Dalam Karate

August 3, 2023

AYAT-AYAT KREATIFITAS DAN INOVASI PELAYANAN

August 4, 2023
UB dan Perusahaan Happy Asmara Kembangkan Produk Lokal Go Global

UB dan Perusahaan Happy Asmara Kembangkan Produk Lokal Go Global

June 3, 2024
Permainan Interaktif Menjadi Media KKN FP UB Pupuk Minat Baca Anak Desa Kromengan

Permainan Interaktif Menjadi Media KKN FP UB Pupuk Minat Baca Anak Desa Kromengan

39
Dosen UB Kenalkan Teknologi Pembuatan Pakan Ternak dan Pupuk Organik ke Desa Plandirejo

Dosen UB Kenalkan Teknologi Pembuatan Pakan Ternak dan Pupuk Organik ke Desa Plandirejo

5
Layanan RSUB Kini Terintegrasi dengan Mobile JKN BPJS

Layanan RSUB Kini Terintegrasi dengan Mobile JKN BPJS

4

Review Film : Glass Onion: A Knives Out Story

3
Pustakawan Jadi Navigator Referensi Penelitian

Pustakawan Jadi Navigator Referensi Penelitian

June 13, 2025
Substansi UU TNI Berpotensi Ciptakan Dualisme Loyalitas di Lembaga Sipil

Dilema Pendidikan Gratis: Janji Konstitusi di Tengah Krisis Anggaran

June 13, 2025
Menavigasi Era AI untuk Layanan Perpustakaan Unggul

Menavigasi Era AI untuk Layanan Perpustakaan Unggul

June 13, 2025
Mahasiswa DKV UB Angkat Literasi Lewat Animasi Edukatif

Mahasiswa DKV UB Angkat Literasi Lewat Animasi Edukatif

June 13, 2025

Popular Stories

  • ISLAM DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yuk Kenali Istilah Dalam Karate

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • AYAT-AYAT KREATIFITAS DAN INOVASI PELAYANAN

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • UB dan Perusahaan Happy Asmara Kembangkan Produk Lokal Go Global

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yuk Kenali Sistem Swiss Manager Dalam Catur

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berita
  • Tentang Kanal24
  • Galeri
  • Layanan
  • Pedoman Media Siber
Copyright Kanal24.com 2023

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Berita Terkini
  • Perspektif
  • Pendidikan
  • Hukum
  • Politik
  • Ekonomi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan

Copyright Kanal24.com 2023