Kanal24, Malang – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Brawijaya (LPPM UB) mengadakan sosialisasi Panduan Program Matching Fund 2024 untuk para dosen UB. Acara ini berlangsung di Gedung Layanan Bersama Universitas Brawijaya (5/10/2023). Tujuan utama kegiatan ini adalah memberikan panduan kepada para dosen dalam mempersiapkan proposal program yang dapat mewujudkan kolaborasi erat antara perguruan tinggi, dunia kerja, industri, masyarakat, dan pemerintah.
Pada kesempatan ini Ketua LPPM UB, Prof. Luchman Hakim, S.Si., M.Agr.Sc., Ph.D, menyampaikan harapannya agar jumlah proposal yang diterima untuk Program Matching Fund 2024 dapat meningkat. Prof. Luchman menjelaskan bahwa sejak program ini pertama kali diluncurkan pada tahun 2021, jumlah proposal yang diajukan dan dana yang diberikan telah mengalami peningkatan. Untuk tahun 2024, ini ia berharap agar makin banyak jumlah dosen yang terlibat dan makin banyak mitra dan dunia usaha dan industri yang berkolaborasi.

Dalam mendorong peningkatan jumlah usulan program Matching Fund 2024 ini, LPPM UB berinisiatif melakukan sosialisasi yang lebih intensif, penjaminan mutu dalam penyusunan proposal, dan monitoring dalam pelaksanaan program.
Program Matching Fund 2024 telah resmi dibuka hingga 31 Oktober 2023 melalui laman www.kedaireka.id. Dalam postingan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, disebutkan bahwa tahun ini perguruan tinggi memiliki kesempatan untuk meraih pendanaan hingga total Rp 750 miliar. Program Dana Pendanaan Tahun 2024 fokus pada lima prioritas riset terkait transformasi ekonomi Indonesia, yaitu Ekonomi Hijau, Ekonomi Biru, Ekonomi Digital, Penguatan Pariwisata, dan Kemandirian Kesehatan.

Dalam Program Matching Fund 2024, terdapat dua skema yang dibuka, yaitu Skema A: Kemitraan untuk Hilirisasi Inovasi Hasil Riset atau Kepakaran, dan Skema B: Kemitraan dalam Pemberdayaan Masyarakat atau Efisiensi Tata Kelola Pemerintahan. Skema A merupakan bentuk kemitraan antara perguruan tinggi dan pihak Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI) untuk komersialisasi produk hasil penelitian atau kepakaran. Sedangkan Skema B adalah bentuk kemitraan dalam pemberdayaan masyarakat atau efisiensi tata kelola pemerintahan.
Ketika ditanya mengenai target UB dalam Program Matching Fund 2024, Prof. Luchman menyatakan bahwa yang terpenting bukan hanya jumlah proposal yang diajukan, tetapi juga kualitas dan potensi dampaknya bagi masyarakat.
“Sebenarnya kita tidak punya angka terkait dengan target, kita coba saja optimalkan. Kalau bisa sampai di atas 25 usulan itu sudah sangat baik. Tapi sebenarnya kita tidak bicara pada jumlah usulan yang diterima, tetapi kualitas yang diajukan serta potensi dampaknya terhadap Universitas Brawijaya,” ujarnya. (din/skn)