Kanal24, Malang – Dr. dr. Shinta Kusumawati, Sp.N., berhasil meraih gelar doktor dengan predikat cum laude, IPK sempurna 4.00, dan nilai disertasi A, dalam Sidang Terbuka Promosi Doktor Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) yang digelar di Auditorium Lantai 6 GPP FKUB pada Rabu (09/07/2025).
Lulusan kali ini mendapatkan penemuan baru dalam dunia neurofarmakologi: potensi terapi herbal kombinasi Thymoquinone dan Madecassoside untuk mengatasi gejala motorik dan kognitif penyakit Parkinson. Kedua senyawa yang berasal dari jinten hitam dan pegagan ini dibuktikan memiliki efek neuroprotektif sinergis, berdasarkan uji praklinis pada model hewan mencit Swiss yang diinduksi zat rotenone.
Baca juga:
Visiting Profesor, FK UB Kolaborasi Global Hadapi Tantangan Kulit Dunia

Dalam pemaparannya, Dr. Shinta menyampaikan bahwa Parkinson hingga saat ini masih menjadi penyakit neurodegeneratif kronis yang belum memiliki obat penyembuh atau pencegah. Oleh karena itu, pengembangan terapi berbasis bahan alam menjadi sangat potensial.
“Kombinasi Thymoquinone dan Madecassoside menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam menurunkan kadar agregat α-synuclein, meningkatkan ekspresi MBDNF (Brain-Derived Neurotrophic Factor), serta menjaga kestabilan kadar dopamin dan NEFL,” terang Dr. Shinta.
Disertasinya bertajuk “Potensi Neuroprotektif Kombinasi Thymoquinone dan Madecassoside terhadap Gejala Motorik dan Kognitif Parkinson (Persan Kadar Dopamin, NEFL, Agregasi α-Synuclein, dan MBDNF pada Mencit Swiss Model Parkinson yang Diinduksi Rotenone)” ini menjadi pionir dalam pendekatan kombinasi herbal terhadap penyakit neurodegeneratif.
Promotor utama, Prof. Agustina Tri Endharti, SSi., Ph.D, menyampaikan apresiasi tinggi terhadap perjuangan dan dedikasi Dr. Shinta selama menempuh studi doktoral selama lebih dari tiga tahun lima bulan.
“Ini adalah temuan akademik yang luar biasa. Penelitian ini menjadi pijakan awal untuk menjajaki kolaborasi dengan dunia industri farmasi dalam mengembangkan terapi berbasis bahan alam untuk Parkinson. Dr. Shinta adalah sosok yang tekun dan pantang menyerah,” ungkap Prof. Agustina.
Lebih lanjut, Prof. Agustina menyebut bahwa penggunaan bahan alam seperti jinten hitam dan pegagan dapat menjadi bentuk preventif maupun kuratif yang mudah diakses masyarakat, terutama bagi kalangan lanjut usia yang menjadi kelompok paling rentan terhadap Parkinson.
Dr. Shinta juga berharap bahwa hasil penelitiannya bisa menjadi dasar pengembangan produk herbal nasional yang dapat dioptimalkan sebagai terapi anti-Parkinson, sekaligus memperkuat sektor riset bahan alam Indonesia.

Baca juga:
Pendidikan Kedokteran Terancam, FK UB Angkat Suara!
“Ke depan, saya ingin hasil disertasi ini menjadi karya ilmiah yang bisa diterapkan dalam bentuk produk yang bermanfaat bagi pasien Parkinson,” ujarnya.
Keberhasilan Dr. Shinta menyumbang pengetahuan baru dalam dunia medis dan juga menjadi inspirasi bagi para akademisi dan peneliti muda di Indonesia bahwa kolaborasi antara riset dasar dan potensi lokal seperti tanaman obat dapat menghasilkan solusi global untuk penyakit yang kompleks.
Dengan kelulusan ini, Fakultas Kedokteran UB kembali menunjukkan komitmennya sebagai pusat unggulan riset dan inovasi di bidang kesehatan, yang terus melahirkan dokter-dokter ilmuwan dengan kontribusi nyata bagi ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. (nid/dht)