Kanal24, Malang – Malang Art Design Festival (Madfest) kembali memikat perhatian pada hari kedua pelaksanaannya. Gelaran yang berlangsung di Universitas Brawijaya ini menjadi ruang eksplorasi dan apresiasi bagi mahasiswa Desain Grafis. Selasa (26/11/2024).
Salah satu panitia, Neynya Keisya N., menjelaskan bahwa karya yang ditampilkan pada gelaran ini dibagi menjadi dua bagian. “Ada segmen untuk karya-karya submission dari teman-teman, dan aja juga karya ilustrasi dari teman-teman mahasiswa sebagai bentuk tugas mata kuliah,” ungkap neyna.
Menariknya, Madfest memberi kesempatan kepada pengunjung untuk memilih karya terbaik melalui sistem voting. Ini memberikan apresiasi langsung kepada para kreator sekaligus meningkatkan interaksi antara peserta pameran dan audiens.
Madfest mengusung tema besar yang terinspirasi dari perjalanan dalam permainan video, yaitu kegagalan, memulai kembali, dan mencapai sukses. Filosofi ini tidak hanya relevan bagi mahasiswa seni dan desain, tetapi juga memberikan pesan universal bahwa perjalanan menuju keberhasilan sering kali dipenuhi oleh tantangan.
Selain itu, Madfest juga terintegrasi dengan tradisi pameran rutin yang telah menjadi ciri khas program studi Desain Grafis Universitas Brawijaya. Pameran akhir semester ini, yang dikenal dengan nama Keos, menjadi panggung bagi mahasiswa untuk menunjukkan hasil pembelajaran mereka selama satu semester penuh.
Neyna berharap, Ke depannya, karya-karya yang ditampilkan di Madfest diharapkan dapat dipamerkan di skala yang lebih luas. Tidak hanya berhenti di Madfest, hasil kreativitas mahasiswa ini direncanakan untuk turut serta dalam pameran-pameran lainnya, baik di tingkat lokal maupun nasional.
Hari kedua Madfest juga diisi oleh sesi kuliah tamu bersama Redy Eko Prastyo, seorang seniman dan budayawan Malang. Dalam sesi yang bertajuk “Kreativitas dan Humanita,” Redy menekankan pentingnya kreativitas sebagai modal utama, khususnya bagi mahasiswa vokasi.
“Kreativitas itu harus sering dilatih dan dipicu. Untuk memunculkan daya kreativitas, perlu eksplorasi tanpa batasan waktu, ruang, dan situasi,” jelasnya. Ia juga mendorong mahasiswa untuk berani bereksperimen agar mampu menghasilkan karya inovatif yang memiliki nilai lebih.
Redy mengingatkan bahwa kreativitas yang baik harus berdasar pada kearifan lokal. “Nilai-nilai lokal berbasis tempat dan permasalahan yang ada harus menjadi pijakan dalam berkarya,” tambahnya.
Selain itu, ia menyoroti pentingnya ketangguhan berpikir bagi generasi muda. Menurut Redy, generasi emas Indonesia perlu diperkuat dalam aspek ketangguhan, baik dalam proses berpikir maupun bertindak secara produktif.
Redy Eko Prastyo turut memberikan pesan bagi peserta Madfest agar terus berkontribusi di masyarakat dengan karya-karya yang berdampak luas. “Terus berkarya dan jangan berhenti di sini. Jadikan ini awal untuk berkontribusi di skala yang lebih besar,” pesannya.
Ia juga berharap Universitas Brawijaya dapat terus menjadi tempat yang mendukung pengembangan kreativitas mahasiswa. Menurutnya, acara seperti Madfest merupakan langkah maju yang perlu dilanjutkan agar mahasiswa memiliki ruang untuk berekspresi sekaligus belajar dari pengalaman nyata. (fan/una)