Kanal24, Malang – Malang Art Carnival (MAC) 2025, sebuah perayaan seni dan budaya yang digagas oleh komunitas seniman Kota Malang dan event organizer lokal digelar di Museum Brawijaya, Kamis (17/7/2025). Mengusung semangat kolaboratif dan ruang ekspresi bagi pelaku seni lokal, kegiatan ini diharapkan menjadi agenda tahunan yang mampu menghidupkan denyut seni Kota Malang secara berkelanjutan.
Ketua pelaksana MAC, Sugeng Syamto, menyampaikan bahwa acara ini lahir dari keprihatinan terhadap minimnya ruang publik bagi seniman lokal untuk menampilkan karyanya. “Teman-teman seniman di Malang butuh wadah untuk bisa menyalurkan karya dan ekspresi. Malang Art Carnival ini kami gagas agar menjadi momentum kebangkitan mereka, dan kami harap ke depannya bisa menjadi agenda rutin yang didukung penuh oleh Pemerintah Kota Malang,” ujarnya.
Baca juga:
Jelajah Sate di Malang: 5 Tempat Favorit Pecinta Kuliner

Awalnya, MAC dirancang digelar di kawasan Jalan Ijen yang ikonik. Namun, karena keterbatasan izin dan kesiapan teknis, akhirnya acara digelar di Museum Brawijaya. Meski begitu, antusiasme para seniman dan komunitas tetap tinggi. “Kami tetap semangat meski tempatnya berpindah. Harapannya tahun depan kita bisa menggelar lebih besar lagi di ruang terbuka,” imbuh Sugeng.
Dua Hari, Ratusan Seniman, Panggung Tanpa Batas
Malang Art Carnival 2025 diselenggarakan selama dua hari, Kamis dan Jumat (17–18 Juli 2025), mulai pukul 15.00 hingga 23.00 WIB. Sekitar 300 pengisi acara turut ambil bagian, terdiri dari berbagai kelompok seni tradisional seperti bantengan, kuda lumping, wayang kulit, hingga street percussion. Selain itu, terdapat pula sekitar 50 tenant UMKM, didominasi oleh sektor kuliner dan kerajinan tangan, dengan 80% di antaranya berasal dari industri F&B lokal.
Pada hari pertama, pengunjung disuguhkan pertunjukan kuda lumping dari Rukun Tritunggal dan Sukra Manis, serta kesenian bantengan dari Lembu Maha Esa Suro dan Satrio Mbois. Hari kedua akan dilanjutkan dengan penampilan dari Satrio Abioso, tarian tradisional Berkalang, street percussion dari Garuda Putih, dan puncaknya ditutup dengan pagelaran wayang kulit.
Sugeng menambahkan bahwa acara ini tidak hanya soal hiburan, melainkan juga sebagai bentuk pengakuan terhadap kontribusi seniman lokal dalam memperkuat identitas budaya kota. “Kami ingin menunjukkan bahwa seniman Malang punya potensi besar. Malang Art Carnival ini adalah panggung mereka,” ucapnya.
Didukung Pemerintah dan Kementerian
MAC 2025 mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk Kementerian Kebudayaan, Kementerian Luar Negeri, Pemerintah Kota Malang, serta anggota DPRD Kota Malang. Kehadiran dukungan tersebut menjadi bukti bahwa inisiatif lokal bisa tumbuh menjadi program skala kota jika disambut dengan baik.

Baca juga:
Pengrajin Pusaka Malang Djadoel Hidupkan Warisan Budaya Nusantara
Meski baru pertama kali digelar, semangat dan kualitas penyelenggaraan MAC mendapat apresiasi dari pengunjung maupun komunitas yang terlibat. Sugeng menyampaikan bahwa pihaknya siap berkoordinasi lebih lanjut agar MAC masuk dalam kalender resmi kegiatan budaya Kota Malang. “Dengan sinergi yang baik, kita bisa mewujudkan MAC sebagai pesta rakyat tahunan,” pungkasnya.
Dengan semangat kolektif dan semarak seni yang dibawa, Malang Art Carnival bukan sekadar acara, tapi gerakan budaya akar rumput yang membuka jalan bagi seniman lokal untuk terus eksis dan berekspresi di tanah sendiri. (nid/tia)