Kanal24, Malang – Malang Autism Center (MAC) merupakan salah satu lembaga terapi perilaku khusus anak-anak dengan kebutuhan khusus, khususnya mereka yang berada dalam spektrum Autism Spectrum Disorder (ASD). Didirikan sejak tahun 2015, MAC hadir sebagai pusat intervensi yang tidak hanya fokus pada perkembangan akademik dan sosial anak, tetapi juga berupaya menghadirkan perubahan nyata dalam kehidupan mereka dan keluarganya.
Dipimpin oleh Muhammad Cahyadi, S.E., M.Pd., MAC telah berkembang menjadi lembaga rujukan dalam penanganan anak-anak autisme di Kota Malang. Melalui wawancara eksklusif dengan Kanal24 pada Rabu (21/05/2025), ia menyampaikan bahwa berbekal pengalaman pribadi dalam mendampingi putra beliau yang juga merupakan penyandang autisme, Cahyadi menyusun fondasi terapi MAC dengan pendekatan yang tidak hanya ilmiah, namun juga penuh empati dan pengalaman nyata.
Baca juga:
CPD FKH UB: Panduan Diagnosis Hematologi Terkini

Menggunakan Metode ABA: Fokus pada Terapi Perilaku Intensif
Metodologi utama yang digunakan MAC adalah Applied Behavior Analysis (ABA). Pendekatan ini dipilih karena terbukti efektif dalam membantu anak-anak dengan ASD dalam mengembangkan kemampuan dasar mereka, seperti komunikasi, interaksi sosial, dan pemahaman terhadap instruksi. ABA menekankan pada penguatan positif, struktur aktivitas yang konsisten, serta pendampingan intensif dalam setiap kegiatan anak.
“Karena autisme adalah gangguan, bukan penyakit, maka pendekatan yang kami gunakan pun berbasis pada intervensi perilaku, bukan penyembuhan,” jelas Cahyadi. “Ketika perilaku anak sudah bisa kita kontrol dan arahkan, maka komunikasi, interaksi, hingga keterampilan lainnya akan berkembang secara alami.”
Program Unggulan: Terapi Full Time dengan Sistem Asrama
Salah satu keunggulan utama MAC adalah sistem boarding atau asrama yang diterapkan. Anak-anak yang mengikuti terapi tinggal dalam satu lingkungan yang terstruktur sejak pagi hingga malam hari. Seluruh kegiatan mereka—mulai dari bangun tidur, makan, belajar, bermain, hingga tidur kembali—disusun dalam pola yang terarah dengan pendampingan tenaga profesional.
“Konsep kami adalah every single unit—setiap detik kehidupan anak di sini adalah sesi belajar,” kata Cahyadi. “Mereka tidak hanya diajarkan keterampilan dasar, tetapi juga mendapatkan pengalaman sosial lewat kegiatan seperti berenang, bermain di taman, hingga jalan-jalan ke pusat perbelanjaan.”
Ota: Solusi untuk Keluarga Kurang Mampu
Menanggapi tantangan yang dihadapi keluarga dengan keterbatasan ekonomi, MAC juga meluncurkan program bernama Ota (Omah Terapi Autis) pada Juli 2022. Program ini dikhususkan bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu dengan sistem subsidi silang dari MAC.
Melalui Ota, orang tua hanya diminta membayar biaya terapi semampu mereka. “Kami sudah mendampingi delapan anak sejauh ini, dan ada yang hanya membayar Rp100.000 hingga Rp200.000 per bulan. Program ini memungkinkan berjalannya 25 jam terapi seminggu, lima hari dalam seminggu,” jelas Cahyadi.
Pendaftaran Ota dilakukan melalui proses administrasi yang ketat, termasuk pengumpulan dokumen penghasilan, surat keterangan tidak mampu, dan verifikasi melalui kunjungan rumah. Prosedur ini memastikan bahwa bantuan tepat sasaran.
Peran Pemerintah dan Harapan untuk Masyarakat
Cahyadi menyampaikan apresiasinya atas keberadaan Malang Creative Center (MCC) yang menjadi ruang kolaborasi penting bagi lembaga-lembaga sosial seperti MAC. Di gedung tersebut, berbagai program MAC untuk anak-anak autis dari keluarga tidak mampu bisa dijalankan secara lebih efektif berkat fasilitas yang disediakan.
Ia juga mengajak masyarakat luas untuk mulai memahami dan mengenal dunia anak-anak dengan kebutuhan khusus. “Kita tidak bisa hanya berharap anak-anak dengan autisme yang beradaptasi dengan masyarakat. Justru masyarakat juga perlu belajar untuk beradaptasi, mengenali, dan mendampingi mereka. Itu baru namanya inklusi yang sesungguhnya,” tegasnya.
Baca juga:
Peluang Produk Lokal Indonesia di Tengah Perang Dagang AS-Tiongkok
Dengan semangat, pengalaman pribadi, serta metode ilmiah yang diterapkan secara konsisten, MAC terus memperluas dampaknya. Tidak hanya membentuk pribadi anak-anak yang mandiri dan percaya diri, namun juga menyadarkan masyarakat tentang pentingnya dukungan kolektif terhadap anak-anak berkebutuhan khusus.
Muhammad Cahyadi dan timnya di MAC telah membuktikan bahwa dengan pendampingan yang tepat dan lingkungan yang mendukung, anak-anak dengan autisme mampu tumbuh, berkembang, dan memiliki masa depan cerah. Dan dengan program seperti Ota, tidak ada lagi alasan ekonomi menjadi penghalang bagi orang tua untuk memberikan terapi terbaik bagi anak-anak mereka. (nid)