Kanal24, Malang – Suasana tempo dulu terasa begitu hidup dalam gelaran bertajuk Malang Jadoel 2025 yang digagas oleh Forum Malang Jurnalis (MaJu). Acara yang digelar pada 30 Juni hingga 6 Juli 2025 ini bekerjasama dengan Pemerintah Kota malang, Dewan Kesenian Malang, Paguyuban Pasar Seni Bareng (Pasebar), Asosiasi Pecinta Keris (APIK), Thithik Tenger, GANN, SRIKANDI PP Kota Malang, dan BNN Kota Malang.
Kegiatan ini bukan sekadar acara seremonial, tetapi menjadi bentuk nyata pelestarian budaya serta penguatan identitas lokal yang mulai memudar di tengah arus modernisasi. Dalam kesempatan wawancara bersama Kanal24 pada Selasa (01/07/2025), HM. Ikhram atau akrab disapa Abah Gatot selaku penggagas utama menyampaikan latar belakang dan harapan besar dari terselenggaranya acara tersebut.
Baca juga:
Puncak Aquafeed Event 2025: Penghargaan untuk Pembudidaya Lele Terbaik

“Konsep Malang Jadoel ini kami hadirkan sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah dan budaya lokal, bertepatan dengan peringatan Hari Bhayangkara dan HUT Kota Malang,” ujar Abah Gatot.
Menurutnya, tema besar Malang Jadoel diangkat oleh para jurnalis sebagai upaya untuk menggali kembali jejak sejarah Kota Malang yang kaya akan nilai-nilai budaya. Tidak hanya sekadar mengenang, namun juga menghidupkan kembali semangat masa lalu melalui berbagai pameran barang antik, seperti keris, lampu tempo dulu, hingga memorabilia lainnya.
Salah satu bagian yang cukup mencuri perhatian adalah partisipasi pelaku UMKM kuliner yang menyajikan ragam makanan tradisional khas Malang dan sekitarnya. Meski persiapan dilakukan dalam waktu yang relatif singkat, setidaknya terdapat 25 pelaku UMKM yang ikut memeriahkan acara.
“UMKM yang terlibat memang belum banyak, karena waktunya mendadak. Tapi ke depan kami berharap jumlahnya bertambah dan kualitasnya makin bagus, karena ini juga bagian dari mengangkat ekonomi masyarakat,” imbuh Abah Gatot.
Kegiatan ini juga turut dimeriahkan dengan penampilan kesenian tradisional seperti barongan, bantengan, jaranan, dan reog. Kehadiran kesenian ini bukan hanya menambah daya tarik acara, tetapi juga menjadi sarana edukasi bagi generasi muda untuk mengenal budaya leluhurnya.
Antusiasme masyarakat sangat tinggi. Bahkan, dukungan datang dari berbagai pihak, termasuk Kapolres Malang, AKBP Putu Kholis Aryana, serta sejumlah anggota legislatif yang turut hadir dan memberi dukungan moral terhadap keberlangsungan kegiatan ini.
“Kami sangat bersyukur dengan dukungan para tokoh masyarakat, aparat keamanan, dan DPRD. Harapan kami ke depan, para elit politik dan kepala daerah juga ikut mendukung penuh kegiatan seperti ini, karena ini bukan hanya acara nostalgia, tapi juga mendorong ekonomi kreatif dan pelestarian sejarah,” ungkap Abah Gatot.

Baca juga:
Pernikahan Impian Hemat Tanpa Kantong Jebol
Lebih lanjut, para penggagas acara ini memiliki mimpi besar agar Malang Jadoel bisa menjadi agenda tahunan yang terus berkembang. Tak hanya mengangkat budaya dan sejarah masa kolonial atau zaman kemerdekaan, namun juga menelusuri lebih jauh sejarah kerajaan besar yang pernah ada di Malang seperti Singosari dan Kanjuruhan.
“Kami ingin masyarakat, khususnya generasi muda, tahu bahwa sebelum Aremania lahir, ada jejak panjang sejarah kerajaan dan budaya hebat di tanah ini. Itu harus kita angkat dan kenalkan kembali,” pungkas Abah Gatot.
Dengan semangat kolaborasi yang kuat antara jurnalis, masyarakat, dan pemerintah, Malang Jadoel diharapkan tidak sekadar menjadi nostalgia, tetapi menjadi gerakan kultural yang membumi dan berkelanjutan. Sebab dari sejarah, budaya, dan identitas lokal-lah, sebuah kota akan terus hidup dan berkarakter. (nid/tia)