KANAL24, Jakarta – Ketidak pastian ekonomi di 2020 tidak hanya dampak dari perang dagang saja, namun juga penyebaran virus korona Covid-19 yang mengakibatkan perdagangan dunia terhambat. Bahkan banyak pabrik yang tutup untuk meminimalisir dampaknya.
Dikatakan Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso, virus korona berpengaruh terhadap lalu lintas barang antara Indonesia dengan China. Padahal, tak dapat dimungkiri China adalah salah satu mitra dagang utama Indonesia.
Sedangkan pada lalu lintas barang, tambah Susiwijono, diketahui impor barang modal, bahan baku yang berasal dari China sebesar 74% dan hal itu akan berpengaruh kepada tingkat produksi di Indonesia.
“Harus dipahami bahwa impor kita 74% barang modal dan bahan baku,” kata Susiwijono dalam special event IDX Channel Economic Forum bertajuk “Omnibus Law & Transformasi Percepatan Ekonomi” di Hotel JS Luwansa, Jakarta, pada Senin (24/2/2020).
Dengan meingkatnya dampak virus Covid-19 ini, masalah utama yg dirasakan ekonomi indonesia adalah aktifitas lalu lintas orang, uang dan barang.
“Untuk kegiatan orang sudah jelas berhenti aktivitasnya per 5 Februari lalu. Terlihat nyata bahwa sudah tidak ada atau 0% wisman dari china,” sebutnya
Saat ini dampak virus korona masih dapat diantisipasi dengan ketersediaan stok barang cadangan, namun diungkapkan Susiwijono, diprediksi stok cadangan tersebut hanya mampu menopang hingga satu sampai dua bulan saja.
Artinya, tegas Susiwijono, jika penyebaran virus ini tak kunjung reda diperkirakan puncak dari kelangkaan kebutuhan barang akan terasa di pertengahan Maret 2020. Hingga saat ini, diketahui Indonesia masih memiliki stock cadangan inventori.
“Puncaknya outbreak virus korona itu 20 Januari sampai 30 Januari. Kalau satu (sampai) dua bulan plus itu, berarti di pertengahan Maret akan terasa,” imbuhnya.
Melihat hal tersebut, Pemerintah kini fokus mengantisipasi dampak virus korona terhadap ekonomi nasional agar tidak memburuk dengan mendorong pembahasan RUU Cipta Kerja demi mengantisipasi perkembangan global yang dinamis.
“Makanya RUU Cipta Kerja harus kita dorong secepatnya. Dari hasil monitor, kita melakukan berbagai terobosan kebijakan. Nanti akan ada rencana insentif menurunkan tiket, lalu belanja kita gulirkan di Kuartal I termasuk Dana Desa dan BOS, itu bagian strategi besar pemerintah menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan ekonomi global,” kata Susiwijono. (sdk)