KANAL24, Jakarta – Usaha rintisan di Indonesia masih dilirik berbagai investor untuk masuk dalam pendanaan. Total investasi yang masuk pada perusahaan rintisan (startup) di Indonesia mencapai USD2,8 miliar pada Semester I-2020. Dalam Daily Economic and Market Review yang dirilis Bank Mandiri, angka pendanaan tersebut meningkat 80 persen dibandingkan dengan periode yang sama di 2010, yaitu mencapai USD1,54 miliar.
Data yang dikeluarkan oleh Cento (31/8/2020) tersebut menyebutkan bahwa terdapat 80 jumlah kesepakatan pendanaan pada Semester I-2020. Jumlah ini sedikit menurun dibandingkan Semester I-2019, yaitu 87 kesepakatan. Indonesia sejauh ini berhasil menjadi tujuan utama investasi startup di ASEAN dengan porsi investasi sebesar 49,7 persen.
Sementara itu, tercatat total pendanaan startup di ASEAN mencapai USD5,63 miliar yang tercermin dari 315 kesepakatan investasi pada Januari-Juni 2020. Dalam 3 tahun terakhir, nilai dan kesepakatan investasi startup di ASEAN mencapai titik tertinggi pada Semester I-2019 dengan total pendanaan USD6,5 miliar dan total 371 kesepakatan.
Pendanaan startup Indonesia sejatinya banyak didominasi oleh putaran Praseri A dan Seri A. Rata-rata nilai pendanaan putaran Praseri A dan Seri A meningkat setiap tahun. Rerata nilai pendanaan Praseri A pada 2017 mencapai USD0,4juta. Hal tersebut meningkat lebih dari 3 kali lipat menjadi USD1,4 juta pada Semester I-2020.
Hal yang sama juga terjadi untuk pendanaan Seri A, dimana rerata nilai pendanaan meningkat dari USD2,6 juta pada 2017 menjadi USD6,2 juta pada 2017. Sementara nilai rerata pendanaan Seri B relatif stabil dalam tiga tahun terakhir, yaitu USD12,2 juta – USD14,2 juta.
Negara ASEAN lainnya yang menjadi tujuan investasi startup Semester I-2020 adalah Singapura (USD447 juta), Thailand (USD176 juta), Vietnam (USD166 juta), dan Filipina (USD58 juta). Pandemi Covid-19 memengaruhi kinerja startup di Indonesia.
Dengan adanya pembatasan aktivitas ekonomi dan turunnya daya beli masyarakat, beberapa perusahaan rintisan mengalami kesulitan dalam meningkatkan pendapatan. Tercatat beberapa startup sudah menutup layanan bisnisnya,seperti yang terkait dengan layanan transportasi, streaming film, dan hotel.
Sektor layanan tersebut merupakan sektor yang terdampak besar akibat pandemi Covid-19. Walaupun demikian, startup yang berada pada bisnis e-commerce dan dompet digital mengalami jumlah kenaikan pengguna dan transaksi.
Masyarakat saat ini lebih memprioritaskan layanan dan belanja barang kebutuhan sehari-hari (essential goods). Pandemi Covid-19 akan mempercepat proses adopsi digital di Indonesia. Dengan adanya pembatasan aktivitas ekonomi dan kekhawatiran penyebaran virus, masyarakat Indonesia akan menjadi semakin terbiasa dengan pencariandan transaksi digital dalam pemenuhan kebutuhannya.(sdk)