KANAL24, Malang – Konstruksi media sosia cukup besar dalam mendorong pemilih pemula dari kalangan mahasiswa dalam menentukan pilihannya pada Pemilihan Presiden, Pileg, maupun Pilkada dibanding dengan media konvensional. Pengalaman pribadi yang dimiliki mahasiswa bisa berubah setelah mengikuti pemberitaan di media sosial
Hal itu merupakan temuan atau simpulan penelitian yang dilaksanakan Tim Peneliti Departemen Sosiologi Universitas Brawijaya yang diketuai Dr. Mondry, M.Sos terhadap mahasiswa yang termasuk pemilih pemula di universitas tersebut, usai berlangsungnya Pilpres, Pileg, dan Pilkada serentak yang berlangsung di seluruh Indonesia.
Mondry yang ditemui pagi, Senin (30/12/2024) ini usai menganalisa temuan tim tersebut mengemukakan, konstruksi sosial yang dibangun media sosial ternyata cukup kuat mendorong mahasiswa yang pemilih pemula tersebut untuk menentukan pilihan mereka. Bahkan bisa mengubah calon pilihan mereka yang sebelumnya sudah mereka putuskan untuk dipilih.
Mahasiswa pemilih pemula yang tentu berusia muda itu, dikatakannya, mudah “tergoda” informasi yang gencar dari media, khususnya media sosial tentang nama pasangan Pilpres, nama-nama Caleg, dan nama calon kepala daerah yang harus dipilih. Apalagi informasi atau berita itu dibumbui prestasi gemilang, pasangan Pilpres atau para calon.
Terselepas dari masalah usia muda yang mudah “tergoda” informasi, menurutnya, kesadaran mahasiswa Universitas Brawijaya terhadap politik cukup dan diyakini akan terus meningkat. Itu dikarenakan setiap individu memiliki memori kolektif terkait Pilpres dan memiliki pemaknaan masing-masing terhadap Pilpres. Hal itu memicu seluruh pemilih pemula yang merupakan mahasiswa lebih perhatian pada permasalahan seputar politik.
Karenanya, doktor sosiologi media itu mengusulkan, agar semua media massa sebaiknya memiliki akun resmi diberbagai platform media sosial yang memungkinkan. Dengan cara itu diharapkan generasi muda yang gemar mengakses media sosial tersebut mendapat informasi dari media yang dapat dipertanggungjawabkan, tidak justru informasi dari pihak- pihak yang tidak jelas, dan mungkin saja menyebarkan berita hoax.
“Penelitian ini memakai teori Konstruksi Atas Realitas Sosial dari Peter L. Berger dan Thomas Luckmann, dengan pendekatan fenomenologi dari Husserl dan analisisis data menggunakan analisis Moustakas,” tutup Mondry. (sdk)