KANAL24, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pertumbuhan industri pengolahan pada triwulan III 2019 mencapai 4,15 persen year on year (yoy). Pertumbuhan ini memang mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan III 2018 yang mencapai 4,35 persen. Namun jika dibandingkan dengan periode triwulan II 2019 mengalami peningkatan lantaran pada periode tersebut hanya tumbuh 3,54 persen.
Kepala BPS, Suhariyanto alias Kecuk, mengatakan bahwa pertumbuhan industri manufaktur yang mengalami pertumbuhan tertinggi secara sektoral adalah industri makanan minuman (mamin) yang tumbuh sebesar 8,33 persen. Capaian ini lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2019 sebesar 7,99 persen. Sementara dibandingkan dengan triwulan III 2018 juga meningkat lantaran pada periode tersebut angka pertumbuhannya mencapai 8,10 persen.
“Industri makanan dan minuman tumbuh kuat 8,33 persen salah satunya didorong oleh peningkatan produksi dari CPO (crude palm oil) yang masih tumbuh sejalan dengan pertumbuhan konsumsi dalam negeri,” kata Kecuk dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (5/11/2019).
Selain itu, sektor industri furnitur juga tumbuh positif yaitu dari 5,81 persen pada triwulan II 2019 menjadi 6,93 persen pada triwulan III 2019. Bahkan jika dibandingkan pada triwulan III 2019 pertumbuhan sektor ini ekspansif lantaran pada saat itu hanya tumbuh 0,85 persen. Pertumbuhan ini terjadi karena adanya peningkatan permintaan dari pasar luar negeri.
Kecuk menambahkan, untuk sektor industri yang mengalami kontraksi pada periode tersebut adalah industri batubara dan pengilangan migas yang tumbuh negatif 0,74 persen. Hal ini terjadi karena ada penurunan produksi LNG, LPG dan BBM. Kemudian industri alat angkutan juga tumbuh negatif 1,23 persen. Selanjutnya sektor industri karet, barang dari karet dan plastik yang juga negatif 3,42 persen.
“Industri karet, barang dari karet dan plastik mengalami kontraksi disebabkan penurunan permintaan pasar luar negeri dan produksi dalam negeri. Ini terjadi juga karena ada penurunan produksi mobil dan motor,” ulasnya.
Lebih lanjut, Kecuk menyatakan sektor pertanian pada periode triwulan III 2019 tumbuh 3,08 persen meski melambat jika dibandingkan triwulan III 2018 yang mencapai 3,66 persen. Bahkan jika dibandingkan dengan triwulan II 2019 melambat lebih tajam karena pada periode ini tumbuh 5,33 persen.
“Penurunan produksi tanaman pangan akibat musim kemarau, jadi memang yang diwaspadai adalah tanaman pangan karena musim kemarau panjang,” imbuh Kecuk.
Sementara itu untuk sektor perdagangan tumbuh 4,75 persen year on year (yoy), melambat dibandingkan periode triwulan III 2018 yang tumbuh 5,28 persen. “Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan penjualan retail dan peningkatan produksi barang-barang hasil pertanian dan industri pengolahan,” pungkasnya.(sdk)