Kanal24, Malang – Perundungan (bullying) di lingkungan sekolah menjadi isu serius yang dapat meninggalkan dampak jangka panjang pada perkembangan mental dan emosional anak-anak. Menghadapi kenyataan ini, penguatan karakter melalui psikoedukasi menjadi salah satu upaya penting dalam mencegah terjadinya perundungan. Dengan membekali siswa dengan pemahaman tentang dampak negatif bullying serta mendorong empati, sekolah dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan kondusif bagi tumbuh kembang anak.
Berdasarkan latar belakang tersebut kegiatan psikoedukasi bertajuk “Penguatan Karakter Siswa Sekolah Dasar melalui Psikoedukasi Pencegahan Perundungan” sukses dilaksanakan di SDN Sumbersari 2 Kota Malang. Acara ini merupakan bagian dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat kolaborasi Departemen Psikologi Universitas Brawijaya dan SD Sumbersari 2.
Dalam keterangan yang diterima Kanal24 (6/8/2024) ini dijelaskan bahwa acara yang digelar (12/6/2024) ini diikuti oleh sekitar 50 siswa kelas 1, 2, dan 3 SD. Rangkaian kegiatan dimulai dengan pembukaan oleh MC, yang dilanjutkan dengan pengisian pre-test oleh siswa, dipandu oleh Niken Aria, Azlyn Destiara, dan Nida Rafifah sebagai fasilitator.
Materi utama tentang pencegahan bullying disampaikan oleh Sofia Nuryanti, S.Si., M.A., dosen dari Fakultas Psikologi Universitas Brawijaya. Dalam sesinya, Sofia menekankan, “Bullying tidak hanya menyakiti orang lain secara fisik, tetapi juga bisa meninggalkan luka mendalam secara emosional. Kita semua harus belajar untuk menghargai perbedaan dan memperlakukan teman-teman dengan baik.”
Setelah pemaparan materi, para siswa kembali mengisi post-test untuk mengukur pemahaman mereka setelah mengikuti psikoedukasi ini. Agar suasana tetap segar dan menyenangkan, sesi ice breaking juga diadakan, dengan fokus pada pemahaman siswa terkait efek buruk bullying.
“Kami ingin para siswa tidak hanya memahami, tetapi juga merasakan bahwa tindakan bullying itu salah dan harus dicegah bersama,” tutur Sofia.
Acara ini diakhiri dengan penyerahan bingkisan dari Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Brawijaya. Antusiasme yang tinggi dari para siswa menunjukkan bahwa kegiatan ini tidak hanya edukatif, tetapi juga menyenangkan dan bermanfaat.
Dengan adanya psikoedukasi ini, diharapkan kesadaran para siswa mengenai pentingnya menghargai satu sama lain dan dampak buruk dari tindakan perundungan semakin meningkat.
“Harapan kami, program ini dapat terus berlanjut sehingga tercipta lingkungan sekolah yang aman, suportif, dan kondusif bagi perkembangan karakter siswa,” pungkas Sofia.(din)