Kanal24, Malang – Menjalankan ibadah puasa di negeri orang menjadi tantangan sekaligus pengalaman baru bagi setiap orang. Zaid Syaiful Fatih, salah satu alumni Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya yang saat ini bekerja di Sydney, Australia membagikan pengalamannya menjalankan ibadah puasa Ramadhan di sana.
Zaid mengaku bahwa ia tidak merasakan semarak Ramadhan seperti di Indonesia. “Yang pasti budaya ya. Kalau di Indonesia semarak Ramadhannya kerasa. Tapi kalau di Australia hampir sama kayak puasa sunnah ya. Kita harus sadar untuk menjalankan puasa dikala yang lain tidak menjalankan puasa.” terangnya.
Tidak semua kota memiliki akses yang mudah melakukan ibadah bagi umat muslim. Zaid pernah merasakan tinggal di Tamworth, sebuah kota yang terletak di wilayah barat laut New South Wales, Australia. Menurutnya, ia kesusahan mencari masjid yang dekat dengan tempatnya tinggal. Ia harus menempuh jarak beberapa kilometer sebelum akhirnya menemukan sebuah rumah yang dikhususkan untuk menjalankan ibadah bagi umat muslim, bukan sebuah masjid atau mushola seperti yang ada di bayangan kita pada umumnya.
“Disana cuma ada satu masjid kecil. Sekitar 30 orang an jamaah rutinnya. Disana juga ada buka bersama di masjid hanya saat weekend saja. Namun ada sholat tarawih setiap hari. DIsana ada seorang pengurus masjid namanya Nassir. Dia orang Iran. Dia rela untuk cuti selama Ramadhan untuk merawat dan menghidupkan masjid itu. Saya juga dapat banyak teman dan link pekerjaan dari masjid itu.” jelasnya.
Namun, ketika ia pindah ke Sydney, ia mudah menemukan masjid dan komunitas muslim disana. Bahkan terdapat sebuah wilayah yang penduduknya kebanyakan adalah orang muslim.
“Di Australia ada event Ramadhan Night Lakemba. Event ini diadakan di Sydney bagian barat yang banyak orang muslim disana. Event ini seperti Pasar Ramadhan di indonesia. Jadi banyak penjual makanan dari mancanegara di dalam satu tempat berkonsep food street. Hal ini sangat spesial di Australia karena hanya di tempat ini ada event seperti ini. Semua orang dari berbagai macam etnik dan agama datang kemari untuk menikmati makanan dari berbagai macam negara. Dan juga, dipersiapkan bus gratis oleh pemerintah di beberapa titik pada saat event berjalan.” terangnya.
Selain itu, Zaid juga bercerita bahwa teman-teman diaspora yang berasal dari Indonesia biasanya akan mengadakan kegiatan buka bersama di salah satu rumah mereka. Hal inilah yang membuatnya masih bisa merasakan budaya Indonesia meskipun berada di negeri orang.
“Budaya orang indonesia yang khas adalah suka berkumpul. Kita kalau Jum’at atau Sabtu malam mengadakan buka bersama di rumah salah satu teman. Kita masak bareng, berkumpul, dan menyantapnya bareng-bareng selepas tarawih. Ini merupakan unforgettable moment buat kita semua.” jelasnya.
Tak hanya melakukan kegiatan bersama dengan sesama muslim, Zaid juga kerap menyantap hidangan buka bersama dengan teman-teman non muslimnya. Ia berupaya untuk berbagi kehangatan Ramadhan untuk semua umat agama. “Pada waktu di Sydney, saya ngekos bersama orang 5 orang Indonesia muslim dan 4 orang Indonesia non muslim. Kita sering mengadakan buka bersama dan berbagi makanan satu sama lain.” ungkapnya.
Ia juga memberikan beberapa tips bagi teman-teman yang juga sedang menjalani ibadah puasa Ramadhan di negeri orang. “Apabila kerjanya bisa ditukar shift, minta tukarlah saat bulan Ramadhan. Apabila tidak memungkinkan, bisa dengan cara mengurangi lembur. Persiapkan juga multivitamin yang bisa menjaga kebugaran badan karena musim dan waktu puasa di luar negeri berbeda. Tetap semangat dan yakinlah bahwa Allah menguji hambanya sesuai dengan kemampuannya” pungkasnya. (Erf)