oleh | Akhmad Muwafik Saleh
Salah satu faktor terpenting dalam setiap pola hubungan manusia serta suatu lembaga terkhusus lembaga pelayanan publik adalah loyalitas yaitu suatu level hubungan yang menjamin bahwa semua pihak telah berada dalam suatu ikatan kuat untuk saling menjaga dan membela serta interaksi yang terus menerus. Hal ini bisa jadi lahir karena puasnya atas suatu layanan komunikasi yang berlangsung sehingga melahirkan kesetiaan atau loyalitas.
Kesetiaan atau loyalitaa itu mensyaratkan kesediaan untuk mempercayai secara utuh segala apapun yang dilakukan oleh yang dicintainya bahkan sekalipun semua orang meragukannya maka disitulah saat untuk melakukan pembelaan atas orang yang dicintainya.
Dialah Abu Bakar bin ustman abu quhafah yang mampu menunjukkan dan membuktikan kesetiaan dan loyalitasnya untuk menjadi pembela dengan memproklamirkan kepercayaanya atas apa yang terjadi dengan sahabat setianya yaitu Muhammad ibn Abdullah saat menerima wahyu. Abu Bakar adalah orang pertama dikalangan sebaya Nabi yang menyatakan keyakinan dan kepercayaannya kepada Islam tanpa sedikitpun ada pertanyaan dan keraguan atas diri Nabi dan ajaran yang dibawanya.
Abu Bakar pulalah orang pertama yang menjadi benteng untuj menerima kebenaran infornasi atas keraguan para kalangan masyarakat makkah atas sahabatnya, Rasulullah yang baru saja semalam di isra’ mi’raj kan oleh Allah dalam perjalanan spiritual yang maha hebat dari masjidil haram ke masjidil aqsha hingga shidratil muntaha yang menyebabkan banyak kalangan musyrik quraisy yang lemah imannya semakin menjadi-jadi dalam memperolok-olokkan Nabi Muhammad dengan mengatakan bahwa dirinya telah gila sebab ditinggal oleh dua orang penyokong utamanya yaitu khadijah, istrinya dan Abu thalib, pamannya serta banyaknya persekusi atas gerakan dakwahnya.
Abu bakar hadir dan tampil menyelamatkan Rasulullah dari segala cemoohan itu dengan menaruh kepercayaan yang utuh atas apapun yang dilakukan dan diceritakan oleh nabi. Sehingga semenjak itulah Abu Bakar mendapatkan gelar kemuliaan dari Sahabatnya, yaitu Ash shiddiq, orang yang terpercaya dan telah memberikan kepercayaan.
Loyalitas Abu Bakar juga ditunjukkan dengan kesediaannya membebaskan seorang budak yang bersedia dengan segala keyakinannya menerima hidayah agama Muhammad, dialah Bilal bin Rabah sahabat dari kalangan budak yang dibeli oleh Abu Bakar untuk dibebaskan.
Abu Bakar pulalah yang membersamai Rasulullah saw dikala akan dibunuh oleh kalangan kafir makkah saat hijrah, hingga kerisauannya atas jiwa nabi ditampilkan kala berjalan bersamanya. Beliau terkadang lari mendahului nabi ke depan atau tiba-tiba berhenti dan lari ke belakang hanya untuk memastikan bahwa Rasulullah aman selama perjalanan dan tidak ada orang yang membuntuti untuk menyakitinya. Demikian pula beliaulah yang memastikan keamanan nabi saat akan memasuki gua di bukit Tsur dari segala binatang serangga yang akan mencelakakan nabi, hingga setelah masuk ke dalamnya dan memastikan nabi bisa istirahat dengan nyaman diatas pangkuannya namun ternyata masih ada satu lubang yang belum ditutupi sebelumnya hingga beliau tutup lobang itu dengan tumitnya yang ternyata di lobang itu terdapat ular berbisa, hingga kaki beliau digigitnya. Dalam rasa sakit yang amat sangat memuncak, menetes air matanya dan jatuh pada Rasulullah yang ada di pangkuannya.
Loyalitas Abu Bakar selaku sahabat Rasulullah saw benar-benar sempurna dan berada di puncak loyalitas, beliau lebih mendahulukan Rasulullah diatas segalanya, termasuk atas dirinya dan keluarganya. Disaat Aisyah ra selaku istri Nabi sedang tertimpa fitnah yang melibatkan keluarga nabi hingga Aisyah pulang ke rumah sang ayah, yaitu Abu Bakar ra, alih-alih mendapatkan pembelaan dari sang ayah namun saat di hadapan Nabi, Abu Bakar tetap lebih mendahulukan Rasulullah, sebagai gurunya, sahabatnya sekaligus sebagai menantunya, dibandingkan atas anaknya, keluarganya dan dirinya sendiri. Bagi Abu Bakar, Rasulullah saw adalah segalanya, melebihi dari apapun di dunia ini, tentu setelah Allah swt.
Demikian pula disaat perang Tabuk dikumandangkan, maka Abu Bakar adalah orang yang menyerahkan seluruh hartanya untuk digunakan berjihad oleh Rasulullah di jalan Allah swt, bahkan jawaban Abu Bakar ketika ditanya Nabi tentang apa yang beliau tinggalkan untuk keluarganya. Maka beliau menjawab,”Aku telah meninggalkan dua hal yang lebih baik dari dunia dan seisinya, yaitu Allah dan Rasul-Nya.” Hingga sayyidina Umar bin Khattab pun yang ingin menandinginya tak mampu melakukan hal serupa pengorbanan yang dilakukan oleh Sayyidina Abu Bakar ash Shiddiq
Mengapa Abu Bakar sedemikian loyalnya atas Nabi. Hal ini dikarenakan pada diri Nabi ada banyak kebaikan, kejujuran yang luar biasa, komunikasi Nabi yang mampu memuaskan, niat baik Nabi yang yang sangat luar biasa dalam membawa kebenaran dan menyuarakan kebaikan, sikap Nabi yang sangat perhatian kepada para sahabatnya, serta pembelaan Nabi untuk para sahabatnya. Artinya secara kontekstual hal ini dapat dipelajari bahwa apabila suatu lembaga mampu menghadirkan beberapa tindakan sebagaimana berikut maka pasti akan melahirkan loyalitas dari publik, antara lain :
1. Kredebilitas yang ditunjukkan oleh lembaga
2. Mampu membuktikan nilai kebaikan dan kemanfaatan atas publik
3. Mampu membuktikan kualitas yang terbaik sehingga publik merasa layak percaya
4. Publik merasa terpuaskan atas layanan yang diberikan selama ini
5. Perhatian dan kepedulian yang tinggi dari suatu lembaga atas publiknya.
6. Loyalitas lembaga atas publiknya akan melahirkan loyalitas yang sama pula dari publik (tindakan yang berbalas)
Loyalitas dibuktikan dengan cara bersedia terus berinteraksi dan membersamai, bersedia menjadi pembela disaat yang dicintainya menghadapi masalah atau diterpa mosi tidak percaya dari kalangan lainnya. Loyalitas juga dibuktikan dengan kesediaan rela berkorban untuk membantu segala apapun guna keberhasilan dan kesuksesan dari pihak yang dibelanya. Secara kontekstual, sebuah lembaga layanan publik haruslah mampu menjadikan para pelanggannya memiliki loyalitas yang demikian dengan menjalankan berbagai tindakan yang dapat melahirkan loyalitas sebagaimana dijelaskan diatas.
Loyalitas adalah puncak dari semua hubungan yang dibentuk oleh manusia baik secara personal maupun kelembagaan. Siapa yang dapat mencipta loyalitas publiknya maka ia telah memperoleh hati dan inti segala hubungan kemanusiaan.
Penulis KH Akhmad Muwafik Saleh Pengasuh Pesma Tanwirul Afkar dan Dosen FISIP UB