Kanal24 Malang — Di tengah derasnya arus urbanisasi dan kian sempitnya ruang hijau, gerakan kecil bisa menjadi penentu arah masa depan kota. Inilah yang melatarbelakangi kegiatan Penanaman 1.000 Pohon Durian yang digelar oleh Malang Peduli Demokrasi (MPD) bekerja sama dengan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB), Senin (10/11/2025), di kawasan wisata Aeng, Kelurahan Wonokoyo, Kedungkandang, Kota Malang.
Bukan sekadar menanam pohon, aksi ini menjadi simbol bahwa demokrasi tak hanya hidup di ruang politik, tetapi juga di tanah tempat rakyat berpijak. Menanam durian di hari pahlawan adalah cara baru memperjuangkan kemerdekaan, bukan dengan senjata, melainkan dengan akar yang menumbuhkan kehidupan, udara bersih, dan kesejahteraan warga.
Hijaukan Wonokoyo, Hidupkan Harapan
Imam Muslih, Koordinator MPD, menegaskan bahwa gerakan ini berawal dari kepedulian untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sekaligus menjaga keseimbangan lingkungan. Wonokoyo, yang dikenal sebagai salah satu kelurahan dengan lahan terbuka paling luas di Kota Malang, dipilih karena potensinya yang besar untuk dikembangkan sebagai kawasan agrowisata rakyat.
“Melalui penanaman 1.000 pohon durian ini, kami berharap akan tumbuh income baru bagi warga. Setiap pohon yang kelak berbuah bisa menjadi sumber penghasilan sekaligus kebanggaan masyarakat Wonokoyo,” ujar Imam.
Ia menambahkan, kegiatan ini bukan sekadar seremonial. MPD bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Pemerintah Kota Malang dan Fakultas Pertanian UB, untuk memastikan keberlanjutan program. “Kami ingin tahun depan tidak hanya menanam pohon, tetapi juga memperluas kegiatan sosial dan pemberdayaan warga,” imbuhnya.
Imam bahkan berencana menggelar Festival Durian Wonokoyo setelah panen perdana, di mana setiap pohon akan mewakili satu butir durian yang disajikan gratis untuk warga. “1Kalau 1.000 pohon tumbuh subur, nanti ada 1.000 butir durian untuk rakyat. Ini simbol bahwa kerja keras hari ini akan dinikmati bersama kelak,” tegasnya.

Pemerintah dan Akademisi Turun Tangan
Wali Kota Malang, Dr. Ir. H. Wahyu Hidayat, M.M., mengapresiasi inisiatif MPD dan Fakultas Pertanian UB. Menurutnya, semangat menanam pohon di Hari Pahlawan adalah bentuk perjuangan masa kini. “Kalau dulu pahlawan berjuang merebut kemerdekaan, sekarang kita berjuang menanam kehidupan untuk anak cucu,” ujarnya.
Wahyu menilai Wonokoyo sebagai lokasi yang tepat karena memiliki lahan luas dan potensi wisata alam yang tinggi. Selain memperkaya ruang terbuka hijau kota, pohon durian juga akan menjadi daya tarik ekonomi baru. “Penanaman ini adalah investasi lingkungan sekaligus sosial. Kami akan mendukung agar program seperti ini bisa meluas ke wilayah lain di Kota Malang,” ucapnya.
Dari sisi akademik, Prof. Dr. Mangku Purnomo, S.P., M.Si., Ph.D., Dekan Fakultas Pertanian UB, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari konsep urban biodiversity yang sedang dikembangkan UB. “Kami ingin taman dan hutan kota tidak hanya hijau secara visual, tetapi juga produktif dan fungsional. Tanaman buah seperti durian, nangka, dan kelengkeng bisa menjadi sumber pangan, ekonomi, sekaligus edukasi bagi masyarakat,” jelasnya.
Mangku juga menegaskan pentingnya diversifikasi tanaman kota. “Selama ini ruang hijau kita terlalu monokultur—hanya ditanami pohon keras seperti mahoni. Kami ingin menambah tanaman yang punya nilai sosial, budaya, dan ekonomi. Misalnya tanaman obat, tanaman untuk upacara adat, hingga bahan kosmetik alami,” tuturnya.
Sebagai bentuk keseriusan, UB juga menyiapkan ahli durian untuk mendampingi warga dalam perawatan pohon hingga masa panen. “Kita tidak ingin penanaman ini berhenti di seremoni. Kalau masyarakat serius merawat, kami siap menambah 1.000 pohon lagi,” tandas Mangku.
Gerakan Penanaman 1.000 Pohon Durian menjadi simbol kolaborasi lintas sektor antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat sipil. Lebih dari sekadar kegiatan penghijauan, aksi ini adalah ajakan untuk membangun kesadaran ekologis dan kemandirian ekonomi warga.
Dari akar Wonokoyo, semangat itu tumbuh—bahwa perjuangan masa kini tidak lagi hanya di medan perang, tetapi di ladang-ladang yang menumbuhkan kehidupan, menghidupkan bumi, dan menyejahterakan rakyat.(Din/Tia )










